Nov 25, 2014

KERAJINAN KULIT BUAYA ASAL MERAUKE


          Masyarakat Keluarahan Samkai, Kabupaten Merauke - Propinsi Papua, umumnya suka berburu buaya liar disungai. Selain dagingnya dikonsumsi oleh mereka, kulit buaya tersebut dijual untuk dijadikan kerajinan tangan, seperti, tas golf serta aneka jenis tas lain, juga sepatu, dompet, ikat pinggang, tas hand phone, jaket, dan banyak lagi.

          Semenjak Pemerintah Kabupaten Merauke, Papua memberi ijin bagi pengrajin setempat untuk menggunakan kulit buaya sebagai bahan kerajinan tangan ditahun 2008, produksi mereka semakin meningkat seiring permintaan pasar yang terus bertambah setiap tahun. Kendati ijin ini resmi berlaku, namun pemerintah setempat tetap membatasi jumlahnya.

Menurut pengrajin kulit buaya asal Merauke yang jumlahnya mencapai 20 orang pengusaha, bahwa kulit buaya yang mereka gunakan untuk dijadikan produk kerajinan tangan, harus diambil dari buaya yang ukurannya berkisar 12 inci. Sebab buaya yang berukuran besar, kulitnya sudah terlalu keras untuk diolah.

Untuk menjaga stok kulit buaya agar tetap tersedia, maka para pengrajin tersebut membuat penangkaran buaya di masing - masing tempat usaha mereka. Alasannya, karena masyarakat Samkai yang berprofesi berburu buaya liar, sangat sulit dan jarang mendapatkan buruannya saat musim hujan datang. Sebab buaya jarang muncul dipermukaan sungai selama musim penghujan.

Sejak tahun 2010 para pengusaha ini mendapat bantuan modal hingga Rp.1 milyar dengan bunga rendah dari PT. ASKES yang bekerjasama dengan pemerintah setempat.

Hasil kerajinan tangan kulit buaya asal Merauke saat ini banyak diminati oleh turis lokal dan mancanegara. Harga barang hand made tersebut minimal berkisar Rp.200 ribu hingga puluhan juta rupiah.

          Kendala pemasaran yang dihadapi saat ini adalah sulitnya produk kerajinan dari kulit buaya ini keluar dari wilayah Papua akibat peraturan setempat yang berlaku.




Sep 22, 2014

INDUSTRI KREATIF KULIT ULAR ASAL COMAL - PEMALANG



          Desa Sarwodadi, Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang – Jawa Tengah, walaupun hanya terdapat 16 pengrajim kulit ular disana, namun hasil produksi mereka juga cukup terkenal sekitar Jawa – Bali.

          Tekstur kulit ular yang sangat menonjol menjadi khas produk kerajinan kulit ular dari Comal. Produk kerajinan ini tersebar sepanjang Solo, Yogyakarta, Semarang, Bandung, Jakarta, sampai ke Bali.

Selain hasil olahan kulit ular yang dijadikan produk kerajinan, terdapat juga ular - ular yang langsung diawetkan secarah utuh dalam berbagai bentuk patung ular.

          Beberapa pengrajin kulit di Bali bahkan memesan langsung kulit ular yang masih berupa kulit mentah dari Comal, untuk selanjutnya diolah mulai dari proses pembusukan, pewarnaan, penyamakan, hingga menjadi produk tas, dompet, sabuk (ikat pinggang /rim), dan kreasi lainnya. Hasil kerajinan dari Bali tersebut tak jarang dipasarkan hingga ke manca negara.

Sep 18, 2014

MEMBEDAKAN JENIS ANTARA PARFUM PRIA DAN WANITA



          Diera moderen seperti saat ini kriteria parfum yang banyak beredar dipasaran adalah parfum unisex, yaitu parfum yang dapat digunakan oleh pria maupun wanita. Walupun tetap masih ada juga diproduksi parfum yang khusus digunakan buat pria dan juga buat wanita.

          Parfum telah lama dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun lalu yang ketika itu digunakan hanya pada saat ritual adat serta prosesi keagamaan saja. Setelah beberapa abad kemudian akhirnya parfum digunakan secara umum dalam berbagai moment dan telah memiliki beberapa aroma berbeda.

Mulai abad ke 19 produsen parfum mencoba menciptakan jenis parfum yang dikhususkan buat masing – masing gender. Dalam dunia parfum dikenal ada empat jenis aroma parfum, dimana setiap aroma tersebut memiliki keuatan yang mampu mempengaruhi jiwa dari sipemakai, diantaranya: menimbulkan rasa percaya diri, membuat tenang dan rilex, mampu mempengaruhi gairah positif maupun negatif sipemakai atau orang lain disekitarnya.

          Berikut keempat aroma dari parfum tersebut, antara lain:

- Aroma Floral bagi wanita yang mampu menimbulkan sisi feminim dan sensual mereka. Aroma ini bahannya bersumber dari berbagai jenis bunga, seperti mawar dan melati yang lebih disukai wanita dewasa, dan jenis bunga lily, lavender, hibiscus, dominan disukai para wanita muda.

- Aroma Woody bagi kaum pria akan membuatnya merasa lebih maskulin. Bahan dari aroma woody berasal dari wangi pepohonan, seperti: kayu cendana, kayu nilam, kayu cedar, kayu ek, kayu pinus, serta beberapa jenis kayu lain.

- Aroma Fresh yang biasanya dipadukan dalam kedua aroma diatas tadi. Aroma ini bersumber dari wewangian buah – buahan, seperti: teh hijau, apel, rosemary, strawberry, citrus, lemon, dan banyak lagi.

- Aroma Oriental memiliki pengaruh eksotis serta kehangatan, dibuat dari bahan dasar coklat, vanilla, jahe, kayu manis, serta beberapa sumber rempah lain. Aroma ini juga sering dicampurkan kedalam bahan Aroma Floral maupun Aroma Woody.

Sep 13, 2014

PERBEDAAN SHAMPOO UNTUK PRIA DAN WANITA



          Shampoo sudah menjadi kebutuhan utama bagi perawatan rambut setiap pria dan wanita manapun dibelahan bumi ini. Sebahagian besar manusia moderen lebih menggunakan produk shampoo pabrikan dari bahan kimia dengan alasan mudah didapatkan, praktis menggunakannya, serta umumnya harga terjangkau dengan berbagai pilihan merek yang sesuai struktur kulit kepala kita masing – masing.

Ada pula konsumen yang lebih suka menggunakan shampoo herbal serba natural dan murni dari bahan alami, baik yang langsung dipetik dari tumbuh – tumbuhan, ataukah produk herbal pabrikan.

          Menyinggung mengenai perbedaan penggunaan shampoo antara pria dan wanita, menurut beberapa pakar bahwa hal ini sah – sah saja diterapkan. Namun kata mereka pria boleh saja menggunakan shampoo yang khusus diproduksi bagi wanita, sebab sebenarnya tidak akan menimbulkan efek yang buruk bagi sipemakai, kendati selama ini belum pernah ada kasus yang menimbulkan masalah terhadap kulit kepala bagi pria yang sering menggunakan shampoo wanita.

Dari segi konstruksi antara kulit kepala pria dan wanita ditemukan perbedaan, bahwa:

- Kulit kepala pada pria lebih berminyak, lebih kuat, dan tahan dibanding kulit kepala wanita.

- Kelenjar keringat pada kulit kepala pria lebih banyak dibanding wanita, akibat umumnya pria lebih dominan banyak melakukan aktivitas serta pekerjaan yang lebih berat, sehingga produksi minyak pada kulit kepala pria juga ikut meningkat, maka rentan berketombe.

- Kulit kepala pada wanita juga tergolong kuat hanya saja karena perilaku manipulasi yang sering dilakukan, seperti: mengeringkan rambut menggunakan hairdry, pengecatan rambut, pelurusan dan mengkeritingkan rambut, membuat kebanyakan rambut wanita sering bermasalah (pecah – pecah, rontok, dan sebagainya).

          Nah…., sekarang pilihan bergantung dari diri kita masing – masing jika ingin menggunakan produk shampoo yang mana.

Sep 11, 2014

GELIAT BISNIS KERAJINAN KULIT DI BATANG JAWA TENGAH


          Tak bedanya dengan pusat kerajinan kulit di Cibaduyut – Jawa Barat serta Magetan – Jawa Timur, demikian pula di Desa Masin, Kecamatan Warungasem, Kabupaten Batang, yang tak mau kalah menjadikan daerah ini sebagai pusat kerajinan kulit di Jawa Tengah.

          Keberadaan para penyamak kulit dan pengrajin kulit di Batang telah ada sejak puluhan tahun silam. Menurut mereka bisnis ini mulai digeluti sejak tahun 1956 oleh hanya tiga orang warga yang ketika itu masih berprofesi sebagai penyamak kulit sapi. Melihat bisnis tersebut semakin berpotensi dan sangat berpeluang setiap tahunnya, kemudian warga yang lain mulai ikut terjun menjadi penyamak kulit sapi di Desa Masin.

Selang beberapa lama, mulailah muncul kreatifitas penduduk lain yang menjadikan kulit sapi sebagai industri kerajinan kulit dan terus berkembang sampai sekarang.

Untuk mendukung peningkatan bisnis penyamak dan pengrajin kulit masyarakat Desa Masin, maka didirikanlah Koperasi Pengrajin Kulit pada tahun 1962.

Tahun 2008 silam Bappeda Kabupaten Batang menggulirkan program pendukung bagi para penyamak dan pengrajin kulit setempat, dengan mendirikan Kluster Kulit (wadah yang menaungi bisnis para penyamak dan pengrajin kulit), serta mengucurkan anggaran tahunan guna melakukan berbagai pembinaan juga pelatihan agar masyarakat pelaku dibisnis ini mampu menghasilkan produk berkualitas, sehingga dapat bersaing baik dipasaran dalam negeri maupun mancanegara.


Perkembangan bisnis menyamak kulit dan kerajinan kulit di Batang pun semakin bertumbuh pesat seiring permintaan pasar. Sampai saat ini para pengrajin tersebut telah mampu meproduksi berbagai jenis kerajinan dalam bentuk sandal, tas, dompet, sabuk (ikat pinggang), jaket, serta berbagai aksesoris. Setiap jenis kerajinan tersebut juga memiliki beragam model yang disesuaikan dengan tren perkembangan pasar.

Pemasaran produk kerajinan kulit dari Kabupaten Batang mampu merambah keberbagai tempat di nusantara, bahkan produk kerajinan kulit mereka juga telah diikutkan pada berbagai pameran dalam negeri.

Rata – rata penghasilan setiap pengrajin kulit di Kabupaten Batang mampu meraih omset minimal Rp.50 juta per bulan.

          Seiring maraknya pertumbuhan pengrajin kulit sebagai bisnis berbasis ekonomi kerakyatan di Batang ini, dan dibarengi permintaan pasar yang terus meningkat, maka untuk mengantisipasi stok ketersediaan bahan baku kulit sapi, para pengrajin kulit di Batang juga mendatangkan langsung kulit sapi dari Jawa Timur dan Timor Timur.

















Sep 7, 2014

MELIRIK PUSAT KERAJINAN KULIT DI MAGETAN JAWA TIMUR



          Nama Kabupaten Magetan di Jawa Timur memang sudah melengenda sebagai salah satu sentra atau pusat kerajinan kulit yang ada di Pulau Jawa selain Cibaduyut di Kota Bandung, Jawa Barat.

Beberapa produk kerajinan kulit dari Magetan, seperti: jaket, sepatu, sandal, sabuk (rim / ikat pinggang), dompet, serta berbagai model aksesoris, semuanya ada disini. Produk – produk terswebut tidak hanya menguasai pasaran dalam negeri saja, namun juga telah mampu menembus pasaran luar negeri.

          Ketersediaan kulit sapi sangat mencukupi di Magetan sebagai bahan dasar kerajinan kulit, mengingat daerah tersebut merupakan salah satu pusat penghasil daging sapi terbesar di Pulau Jawa. Sebut saja Desa Janggan, di Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan yang merupakan desa andalan pembudidayaan sapi.

Hampir seluruh masyarakat di Desa Janggan ini beternak sapi disetiap rumah mereka. Sapi – sapi tersebut tidak digembalakan dipadang atau untuk membajak sawah, namun dikurung dalam kandang untuk tujuan penggemukan.

Ketersediaan makanan sapi sehari – hari mudah didapatkan oleh warga desa karena alam mereka yang berada diketinggian mendukung penyediaan tumbuhan tebu berlimpah, serta suhu sejuk setempat yang sangat mendukung pembudidayaan sapi potong.

Konon keterampilan yang dimiliki masyarakat Magetan sebagai pengrajin kulit berawal dari hadirnya para prajurit Pangeran Diponegoro pada tahun 1830, yang memang memiliki keahlian membuat pelana kuda dari bahan kulit. Saat berakhinya perang Diponegoro, prajurit setia ini memilih menetap di Kabupaten Magetan.

Sejak saat itulah masyarakat di Magetan mulai mengenal dan menekuni bidang ini yang seiring berjalannya waktu mereka mampu menghasilkan berbagai jenis kerajinan kulit lainnya.

Walaupun kegiatan kerajinan kulit ini sempat terhenti saat masa penjajahan Jepang, namun mampu bangkit lagi diera tahun 1950-an sampai saat ini. Bahkan pihak Pemerintah Kabupaten Magetan bersama Pemerintah Propinsi Jawa Timur, dan Pemerintah Pusat, yang bekerjasama dengan Balai Penelitian Kulit (BPK) Yogyakarta dan mengikutsertakan UNINDO (Perusahaan produsen alat listrik seperti travo), membangun sebuah Mini Industrial Eastate (MIE) atau kawasan industri skala kecil di Magetan yang kemudian disebut Unit Pelaksana Teknis (UPT) Industri Kulit dan Produk Kulit Magetan, oleh masyarakat setempat mengenalnya sebagai LIK (Lingkungan Industri Kulit).

Pemerintah Kabupaten Magetan juga terus menerus melakukan pembinaan berupa pelatihan, dengan tujuan meningkatkan kualitas serta daya saing dari hasil produksi kerajinan kulit yang juga setiap tahunnya mengikuti trend mode.

Disamping itu pemerintah ikut membantu dalam penyediaan fasilitas mesin yang dibutuhkan para pengrajin kulit, didukung dengan kemudahan memperoleh pinjaman modal usaha melalui lembaga keuangan setempat. Pertumbuhan jumlah pengrajin kulit di Magetan selama ini telah mencapai ratusan pengrajin yang tersebar diberbagai Kecamatan, dan telah menyerap tenaga kerja hingga ribuan orang.

          Pusat atau sentra pemasaran produk kerajinan kulit di Magetan berlokasi di Jalan Sawo dan Jalan Diponegoro. Diarea yang tertata rapi ini ramai berdiri bangunan art shop yang menjual semua jenis produk kerajinan kulit. Lokasi ini sangat strategis karena berada tepat pada jalur utama menuju tempat wisata Telaga Sarangan. Sentra yang letaknya sekitar 1 Km dari alun – alun Kabupaten Magetan menujun arah barat.














Sep 3, 2014

PUSAT INDUSTRI SEPATU CIBADUYUT



          Pusat produksi sepatu Cibaduyut letaknya disepanjang Jalan Cibaduyut Raya, sebelah selatan Kota Bandung. Kawasan industri sepatu ini diakui sebagai sentra industri terpanjang dunia.

          Tidak ada informasi resmi yang mengakui sejak kapan pastinya sentra home industry ini awalnya muncul. Namun menurut informasi yang beredar mengatakan bahwa kawasan sepatu Cibaduyut telah ada di jaman penjajahan Jepang. Saat itu pengrajin sepatu di Jalan Cibaduyut Raya digeluti oleh segelintir orang yang konon pernah bekerja pada sebuah pabrik sepatu di Bandung.

Walaupun mereka memproduksi sepatu handmade dengan dibantu peralatan yang sangat terbatas dan model sederhana, namun kualitas sepatu yang dihasilkan jaman itu mampu memberikan kepuasan tersendiri bagi orang yang memakainya.

Seiring berjalannya waktu, para pelaku bisnis sepatu handmade di Cibaduyut juga semakin bertambah jumlahnya. Hingga pada tahun1978 Departemen Perindustrian mewakili pemerintah pusat yang bekerja sama dengan Lembaga Penelitian Pendidikan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) melakukan kajian untuk memberikan pelatihan dan pengembangan kualitas bagi skill para pelaku home industry sepatu di Cibaduyut.

Dari hasil kajian tersebut maka pada tahun 1980-an oleh Departemen Industri meluncurkan proyek yang disebut BIPIK serta mendirikan pusat pelayanan fasilitas yaitu Center Service Facility (CSF) atau Unit Pelayanan Teknis (UPT). Berbagai fasilitas sarana dan prasarana disediakan, seperti: gedung, mesin dan peralatan kerja, dipadukan dengan berbagai program pelatihan.

Lewat fasilitas dan program ini membuat pelaku industri sepatu Cibaduyut di Bandung semakin melonjak jumlahnya. Produk sepatu yang mereka hasilkan selain kualitasnya mampu bersaing, model sepatu yang mereka keluarkan juga setiap tahunnya mengikuti trend dunia. Bahan yang mereka gunakan selain dari kulit asli ada juga terbuat dari kulit sintetis dengan harga yang tentunya berbeda.

Tahun 1987 oleh Presiden RI saat itu yakni H.M. Soeharto diresmikanlah Cibaduyut sebagai kawasan industri sepatu di Bandung.

          Sampai saat ini pemasaran produk sepatu Cibaduyut selain sudah dikenal ke seluruh tanah air juga mampu menembus sampai pasaran Eropa dan Amerika.







Sep 1, 2014

MENGENAL KERAJINAN TOPI BAMBU TANGERANG



          Kerajinan Topi Bambu telah ada di Kabupaten Tangerang sejak era tahun 1800 sampai awal tahun1900. Dijaman Hindia Belanda produk Topi Bambu ini sangat populer sampai ke Eropa dan Amerika (umumnya di Amerika Latin), bahkan konon pemasarannya pernah merajai Negara Prancis.

          Di Indonesia sendiri, Topi Bambu ini juga banyak digunakan oleh Tentara KNIL atau Koninlijke Netherlands Indie Leger (prajurit Hindia Belanda yang bertugas di Indonesia pada jaman revolusi), bahkan hingga kini yang umumnya digunakan oleh kelompok Pramuka di tanah air.

Dahulu dijaman revolusi, sentra pembuatan Topi Bambu di Kabupaten Tangerang terdapat di: Desa Cikupa, Desa Tenjo, Desa Balaraja, Desa Tigaraksa, dan beberapa desa lainnya. Hasil produksi Topi Bambu dari beberapa desa tersebut, lalu dikumpulkan oleh para tengkulak kemudian diserahkan ke pabrik topi yang berada di Tangerang, untuk lebih disempurnakan lagi sebelum diekspor. Sayangnya home industri di Tangerang ini pernah berhenti akibat kerusuhan anti warga Tionghoa yang diprovokasi oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration atau Pemerintahan Sipil Hindia Belanda yang berkedudukan di Indonesia). Akhirnya kerajinan Topi Bambu ini pun menghilang hingga beberapa dasawarsa lamanya.

Saat ini untuk bisa menemukan pengrajin Topi Bambu di Kabupaten Tangerang, kita hanya bisa jumpai mereka di Kampung Ciakar yang berada di Desa Ciakar, Kecamatan Panongan.

Beberapa jenis Topi Bambu yang dihasilkan pengrajin di Desa Ciakar ini, seperti: Topi Bambu Tudung Belenong (bentuknya mirip belenong), Topi Bambu Capio (jenis topi pramuka), Topi Bambu Peradah (topi jenis hiasan dinding).

Kerajinan Topi Bambu di Tangerang sampai saat ini produksinya masih sangat terbatas dan belum mampu menjadi komoditi andalan yang dapat mengangkat taraf ekonomi masyarakat Tangerang secara umum. Sebuah komunitas Topi Bambu yang telah dibentuk sejak tahun 2011 oleh beberapa orang yang sangat peduli akan produk lokal ini dan telah memiliki website resmi www.topibambu.com , telah banyak berperan mengangkat kembali keberadaan Topi Bambu untuk mampu bersaing dengan produk kerajinan tangan lainnya.

          Komunitas Topi Bambu juga telah berusaha menjembatani antara pengrajin dengan pihak pemerintah agar pengrajin Topi Bambu bahkan masyarakat Tangerang pada umumnya diberi pembekalan berupa pelatihan, serta dana bantuan sebagai modal usaha, juga kemudahan dalam memasarkan produk Topi Bambu, sehingga kerajinan Topi Bambu ini mampu menjadi salah satu sumber penghasilan yang dapat mengangkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tangerang.
















Aug 29, 2014

WEDORO PUSAT KERAJINAN SANDAL DAN SEPATU DI SIDOARJO



          Wedoro adalah satu – satunya desa di Kabupaten Sidoarjo – Jawa Timur yang menjadi pusat kerajinan sandal dan sepatu. Konon sejak ahun1955, beberapa warga didesa ini sudah ada yang berprofesi sebagai pengrajin dan jualan sandal.

          Di era tahun 70-an sampai awal tahun 80-an, umumnya anak – anak warga Desa Wedoro hanya bersekolah di tingkat Sekolah Dasar saja dan jarang yang mengecap pendidikan hingga tamat SMA. Saat itu mereka lebih memilih mencari uang dengan berjualan sandal dari pada memiliki pendidikan tinggi. Hal ini disebabkan oleh karena mudahnya anak – anak tersebut mendapatkan uang dengan berjualan sandal meskipun mereka masih duduk di bangku SD.

Dengan pola pikir seperti inilah berkibat pada menganggurnya lahan – lahan didesa Wedoro untuk dijadikan sawah. Kalaupun ada yang dijadikan lahan pertanian, namun lahan tersebut digarap oleh orang – orang dari desa lain sebagai status sewa.

Saat ini hampir seluruh lahan di Desa Wedoro sudah tidak lagi memiliki sawah dibanding desa – desa sekitarnya. Umumnya warga Desa Wedoro berprofesi sebagai pengrajin dan jualan sandal serta sepatu, selebihnya adalah karyawan.

Sebagai salah satu pusat kerajinan sandal dan sepatu di Jawa Timur, membuat Desa Wedoro sering dikunjungi berbagai masyarakat dari dalam Pulau Jawa bahkan juga Luar Pulau Jawa untuk belajar membuat sandal dan sepatu.

Umumnya masyarakat tersebut berasal dari Surabaya, Jombang, Malang, Pasuruan, Bogor, Lampung, dan Samarinda.

Sejak awal tahun 2000-an jumlah toko sandal dan sepatu yang dibuka warga setempat telah mencapai 800 toko, seiring dengan meningkatnya omset para pengrajin dan penjual sandal sepatu di Desa Wedoro. Bahan dasar produk sandal yang digunakan oleh pengrajin di desa ini kebanyakan berbahan spons eva.

           Kendala utama yang dihadapi para pengrajin sandal di Desa Wedoro, antara lain:

- Akses jalan yang sempit, sehingga menyulitkan para konsumen yang sering ramai datang berbelanja di Desa Wedoro.

- Minimnya lahan parkir sehingga menimbulkan lalu lintas yang semrawut diarea sentra ini.













Aug 27, 2014

KOTA SENGKANG PUSAT KERAJINAN SUTERA INDONESIA TIMUR



          Meski namanya belum terlalu populer sampai saat ini, namun Kota Sengkang telah lama menjadi sentra produksi benang sutra hingga menjadi kain sutera. Dalam bahasa setempat (bahasa bugis) sutra disebut “Sabbe”.

          Secara geografis letak Kota Sengkang yang merupakan ibu kota Kabupaten Wajo, berjarak sekitar 250 Km dari Kota Makassar - Sulawesi Selatan, dengan jarak tempuh berkisar 5 jam lamanya.

Umumnya penduduk di Kota Sengkang berprofesi sebagai peternak ulat sutera serta pengrajin kain sutera. Sebagai contoh dapat kita temui para warga yang berdomisili pada salah satu desa di Kecamatan Sabbangparu, dimana setiap kolong rumah warga desa tersebut dijadikan lokasi peternakan ulat sutera.

Untuk makanan ulat sutera tersebut, warga tidak sulit untuk mendapatkan karena disekitar wilayah pemukiman mereka sangat mudah ditemui tumbuhnya pohon murbei.

Harga benang sutera yang dihasilkan bisa mencapai ratusan ribu rupiah per kilo gram.

Teknik tenun benang sutera untuk dijadikan kain dan sarung sutera yang dilakukan pengrajin di Kota Sengkang kebanyakan masih dilakukan dengan cara – cara tradisional. Beberapa teknik tenun yang dikenal oleh mereka, antara lain:

- Teknik Bola – Bola, merupakan cara tenun dengan menggunakan kedua tangan serta kaki. Cara tenun seperti ini hanya membutuhkan waktu selama empat hari saja dan sudah mampu menghasilkan satu lembar sarung sutera.

- Teknik Bola, adalah cara tenun dengan hanya menggunakan kedua tangan. Menenun dengan menggunakan teknik ini memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dan proses pembuatannya memakan waktu hingga 4 bulan lamanya untuk memproduksi selembar sarung sutera. Hanya saja hasil yang diperoleh lebih berkualitas serta nilai jualnya cukup tinggi.

Dalam proses pewarnaan, para pengrajin sutera di Kota Sengkang masih mempertahankan penggunaan pewarna dari tumbuh – tumbuhan, seperti: getah pohon, pucuk daun mangga, daun pandan, dan kunyit. Alasannya karena warna yang dihasilkan mampu awet dan bertahan lama hingga dimakan usia.

Beberapa motif yang merupakan ciri khas tenunan kain sutera dan sarung sutera dari Kota Sengkang ini, seperti:

Motif Makkalu’ (melingkar), Motif Balo Renni (kotak kecil), Motif Balo Tettong (bergaris vertikal), dan Motif Mallobang (berkotak kosong), Motif Bali Are (memadukan benang sutera dangan menyisipkan benang jenis lain).

Selain memproduksi sarung dan kain sutera, para pengrajin di Kota Sengkang ini juga mampu menghasilkan baju, tas, aksesoris dari bahan sutera yang sesuai permintaan pasar.

          Kendala yang masih dihadapi pengrajin sutera di Kota Sengkang saat ini adalah:

- Sistim pemasaran yang belum maksimal, terutama pemasaran keluar pulau Sulawesi bahkan ke mancanegara langsung dari pengrajin.

- Para pengrajin setempat masih sulit mendapatkan benang sutera lokal yang berkualitas tinggi.

- Perhatian serius mengenai perlindungan hak cipta untuk desain dari sebuah karya milik para pengrajin sutera di Kota Sengkang masih kurang maksimal.


Aug 23, 2014

SUSAN BUDIHARDJO (PELOPOR PENDIRI SEKOLAH MODE DI INDONESIA)



          Berasal dari keluarga pencinta seni membuat Susan Budihardjo akhirnya tidak menyangka melakoni dunia fashion ditanah air.

          Ibunya adalah seorang guru menggambar, sementara kakenya adalah pencinta lukisan. Tak heran jika darah seni ini pula turun pada diri Susan Budihardjo yang sejak kecil juga sangat suka menggambar. Saat kecil ia juga senang berdandan, bergaya dengan penampilan modis.

Ketika duduk dibangku SMU, Susan Budihardjo kadang sesekali merancang dan membuat gaun pesta. Saat memasuki pendidikan tinggi, ia meneruskan studinya dengan kuliah di Universitas Tarumanegara mengambil jurusan Arsitektur, karena awalnya ia bercita – cita ingin menjadi insinyur. Merasa bahwa pilihannya kurang sejalan dengan hati dan jiwanya untuk jurusan ini, akhirnya Susan hanya menjalani pendidikan tersebut selama satu semester.

Selang beberapa waktu akhirnya Susan Budihardjo terpikat untuk masuk sekolah mode. Ia kemudian memutuskan kuliah di Akademi Seni Rupa dan Desain, Jakarta pada tahun 1971, karena dimasa itu sekolah mode tempat ia mengenyam pendidikan hanya satu - satunya di Indonesia. Dari sinilah ia bertekat kelak akan mendirikan sekolah fesyen di tanah air.

Setelah menyelesaikan pendidikan tersebut selama setahun, kemudian tahun 1974 ia terbang ke Jerman untuk menambah pengetahuannya dalam bidang desain. Namun tidak lama menetap di Jerman, justru ia memutuskan untuk lebih memilih sekolah di London. Susan Budihardjo lalu berangkat ke Inggris dan mengikuti pendidikan di London Fashion Design School.

Pada tahun 1976 Susan menikah dengan Iwan Budihardjo dan menetap di Ottawa, Canada – Amerika, mengikuti sang suami. Selama di Negara Paman Sam, Susan kembali kuliah di Richard Robinson Couturier dengan mengambil jurusan fashion hingga tamat.

Ketika kembali ke tanah air ditahun 1979, Susan Budihardjo mengawali mimpinya dengan membuka studio kecil sebagai lembaga pendidikan miliknya, untuk membagikan ilmu desain yang selama ini telah diperolehnya. Setelah setahun berjalan, sekolah tersebut berkembang dengan nama Lembaga Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo. Ia tidak mematok harga pendidikan yang tinggi karena memang niat awalnya ingin membuka sekolah mode bagi putra - putri Indonesia, agar mereka mudah mendapatkan sekolah fashion berkualitas didalam negeri.

Saat ini lembaga tersebut memiliki cabang di Bali, Surabaya dan Semarang, serta telah menghasilkan ribuan siswa yang pernah menimba ilmu di LPTB Susan Budihardjo. Beberapa nama desainer kondang Indonesia lahir dari sekolah ini, diantaranya: Rudi Chandra, Didi Budiharjo, Denny Wirawan, Ardianto Halim, Soffie, Sebastian Gunawan, Edy Betty, Chenny Han, Widhi Budimulia, Edward Hutabarat, Adrian Gan, Tri Handoko, dan masih banyak lagi.

Alumni LPTB Susan Budihardjo tidak semuanya dilahirkan menjadi desainer, namun ada pula yang berkecimpung di bidang lain yang tidak lepas dari dunia fashion seperti penata gaya, perancang sepatu, perancang aksesories, dan editor mode.

          Tidak terasa sudah 32 tahun Susan Budihardjo menjalani usahanya di bidang pendidikan sekolah mode. Jatuh bangunnya ia membesarkan Lembaga Pendidikan Tata Busana tersebut membuat Susan tetap eksis meneruskan cita – cita mulia ini bagi orang banyak. Persaingan ketat yang dihadapi sekarang dengan hadirnya beberapa sekolah mode bertaraf internasional ditanah air, menjadikan suatu tantangan positif bagi Susan untuk terus berinovatif membangun mutu pendidikan dan fasilitas yang memadai di LPTB Susan Budihardjo.




Aug 21, 2014

DIDI BUDIHARJO (SALAH SATU DRESSMAKER PIAWAI INDONESIA)



          Desainer kelahiran 22 Nopember 1969 ini memulai pendidikan formalnya dibidang modeling pada Lembaga Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo sejak tahun 1989. Setelah itu ia melanjutkan lagi pendidikannya ke Atelier Fleuri Delaporte, Paris.

          Saat mengawali kariernya dibisnis fashion, Didi Budiharjo memang lebih fokus menciptakan karya busana siap pakai, hingga akhirnya ia lebih dikenal sebagai desainer tanah air yang banyak menghasilkan busana pernikahan, kebaya bergaya moderen, dan busana pesta.

Didi Budiharjo dikenal dengan keahlian dan ciri khasnya yang menggunakan teknik beading dan border rumit diatas karya – karyanya.

Beberapa penghargaan yang pernah diraih oleh Didi Budiharjo sepanjang karier dalam prestasinya sebagai desainer Indonesia, diantaranya:

- Memenangkan “Susan Budihardjo Fashion Designer Contest”, tahun 1989.

- Menerima “RedMod Award” sebagai Perancang Pendatang Baru, tahun 1991. RedMod (Redaksi       Mode) merupakan sebuah organisasi yang didalamnya berkecimpung para pakar busana Indonesia.

- Menerima penghargaan berupa “Kepedulian Terhadap Pelestarian Budaya Indonesia”, yang               diterimanya dari Pemerintah Indonesia pada tahun 1999.

- Menerima penghargaan “Fashion Designer Award”, dari Fashion Café di tahun 2000.

- MURI (Museum Rekor Indonesia) pada tahun 2005 mencatat Didi Budiharjo sebagai perancang          bustier ukuran terbesar yang menutupi gedung saat acara pembukaan Fashion Bar di Jakarta.

- Menerima penghargaan “Perancang Muda Berbakat”, dari Plaza Indonesia tahun 2005.

- Bersama situs Wolipop tahun 2013, Didi Budiharjo menerima penghargaan berupa “Penyelenggara        Perancang Busana Indonesia Pertama Yang Menggelar Peragaan Busana Dengan Fasilitas          Live Streaming” dari MURI (Museum Rekor Indonesia). Ketika itu, event tersebut bisa langsung            diakses melalui situs Wolipop untuk live streaming.






Aug 19, 2014

10 JENIS PARFUM BERMEREK DAN TERMAHAL DI DUNIA


          Menurut sejarah, parfum telah dikenal sejak ribuan tahun lalu namun saat itu digunakan untuk tujuan ritual keagamaan semisal pembakaran dupa dan herbal aromatik. Pemakaiannya sehari – hari dalam masyarakat umum mulai dikenal sejak jaman peradaban Mesir Kuno.

Dalam perkembangannya dijaman modern ini parfum telah memiliki ribuan aroma dengan jenis merek. Penggunaannya pun bisa untuk tujuan yang berbeda, misalnya parfum yang beraroma terapi mampu mempengaruhi suasana jiwa Si Pemakai dan orang yang berada disekitarnya. Ada pula parfum yang cocok dipakai untuk menonjolkan sisi feminim seseorang, atau parfum bagi orang – orang yang berjiwa enerjik. Bahkan ada pula parfum yang diciptakan khusus bagi jasad orang yang telah meninggal dunia.

Berikut 10 Jenis Parfum Bermerek Dan Termahal Di Dunia:

1. Clive Christian’s Imperial Majesty.


Konon parfum ini hanya diproduksi sebanyak 10 botol saja beredar didunia. Dan harga tiap botolnya ditaksir senilai US $.215.000,- atau Rp.1,9 milyar. Keunikan botolnya terbuat dari Kristal murni yang dilapisi emas 18 karat. Dibagian leher botol terdapat berlian putih 5 karat.
Harganya dibanderol US $.215.000,- atau Rp.1.9,- milyar.



2. Clive Christian’s No.1.


Aroma parfum ini mempengaruhi nilai harganya yang berkisar US $.2.150,- atau Rp.19.6,- juta karena mengandung "Ylang – Ylang" yang hanya tumbuh di kawasan Madagaskar. Pada bagian leher botol terbuat dari bahan Kristal serta Berlian 33 karat.



3. Caron’s Poivre.


Botolnya murni terbuat dari Kristal. Parfum Poivreini dibuat pada tahun 1954, dan bahannya diracik dari aneka rempah – rempah seperti cengkeh, lada hitam, lada merah. Harganya berkisar US $.2000,- atau Rp.18.2 juta.



4. Chanel’s Chanel No. 5.


Parfum berkelas dunia favorite kaum hawa ini memiliki berat berkisar 15,2 ons. Harganya senilai US $.1.850,- atau Rp. 16,9 juta.



5. Baccarat’s Les Larmes Sacrées de Thebes.


Hanya diproduksi sebanyak 6 botol didunia. Botolnya terbuat dari Kristal Baccarat yang memiliki tingkat kemurnian dan kualitas tinggi. Aromanya memiliki kandungan bau kemenyan dan campuran beberapa bahan.

Pada jaman Mesir kuno, parfum ini melambangkan nilai kemistisan. Harganya mencapai US.$1.700,- atau Rp 15.5,- Juta.



6. Annick Goutal’s Eau d’Hadrien.


Aromanya yang mampu mempengaruhi jiwa Si Penggunanya menjadi senang dan menyegarkan, membuat parfum ini menjadi mahal. Harganya berkisar US$1.500,- atau Rp.13.7,- juta.



7. Hermès’ 24 Faubourg.


Diproduksi terbatas hanya 1.000 botol didunia dengan aroma khas Hermes-nya. Harganya dibanderol US $.1.500,- atau Rp.13.7,- juta.



8. Shalini Parfums’ Shalini.


Hanya diproduksi sebanyak 900 botol didunia dengan botol terbuat dari Kristal Lalique. Aromanya pun khas dan menggoda. Harganya senilai US $.900,- atau Rp.8.2,- Juta.



9. Jean Patou’s Joy.


Komposisi pada tiap jenis bahannya yang masing - masing memiliki takaran melebihi dibanding parfum yang umumnya beredar. Diantaranya mengandung 10.600 Bunga Jasmine dan 336 Mawar Bulgarian, sehingga menghasilkan cairan parfum sebanyak 1 ons dalam botolnya. Harganya pun mencapai US $.800,- atau Rp.7.3,- juta.



10. JAR Parfums’ Bolt of Lightning.


Parfum produksi desainer terkenal Joel A. Rosenthal dengan desai botolnya yang unik ini memasarkan parfumnya dengan harga US $.765,- atau Rp.6.9,- juta.


























Aug 14, 2014

CARMANITA (PELOPOR MEMBATIK DIATAS KAIN BERSERAT RENGGANG / LYCRA)



          Carmanita adalah cucu dari Ibu Sud yang merupakan pencipta lagu anak dan juga desainer batik tanah air. Darah seni inilah yang akhirnya turun ke diri sang cucu. Carmanita lahir pada tanggal 10 Juli 1956 di Bandung - Jawa Barat, dari pasangan Osman Tamzil dan Krisnany.

          Carmanita pernah mengenyam kuliah di Pittman College, Perth – Australia, diteruskan ke Citty College San Fransisco dan terakhir melanjutkan ke jurusan Marketing And Finance, University of San Fransisco - AS.

Dalam dunia kerja, Carmanita pernah punya pengalaman bekerja di Fokker Representative yaitu sebuah perusahaan pesawat terbang komersial, Belanda. Juga pernah kerja paruh waktu pada sebuah Bank Amerika di San Fransisco, hingga sebagai karyawan marketing dan perdagangan di Department Store The I Magnin. Tak heran jika ia sangat fasih berbahasa Inggris dan Belanda.

Saat pulang ketanah air tahun 1980, ia memutuskan mengikuti sang nenek untuk terjun melakoni usaha membatik. Selang beberapa waktu kemudian Carmanita mendirikan PT. Amfred Sentana Garment untuk membuktikan keseriusannya dalam bisnis batik. Carmanita lalu mencoba mengembangkan perpaduan batik tradisional dengan motif dan warna bergaya moderen namun tetap mempertahankan kasanah asli batik tersebut.

Tahun 1987 Carmanita mencoba mengikuti sebuah kompetisi desainer yang diselenggarakan oleh sebuah majalah wanita, ia pun berhasil meraih juara ketiga.

Carmanita dikenal sebagai desainer yang membuat batik bergaya moderen dan berkelas.
Bahkan ditahun 2009, Carmanita menuangkan karya batiknya diatas sebuah sedan merek Mercedes-Benz C 250 Avant Garde berwarna putih. Hal ini dilakukannya atas permintaan PT. Mercedes Benz Indonesia (BMI) menyambut 40 tahun berdirinya perusahaan tersebut di Indonesia.

Ia lalu membentuk sebuah tim kecil berangotakan tiga orang desain grafis komputer, serta dibantu delapan orang seniman air brush yang professional ditambah dengan dirinya sendiri. Pekerjaan yang membutuhkan kecermatan serta tingkat konsentrasi tinggi ini pun akhirnya membuahkan hasil dengan nilai seni spektakuler.

Konon mobil mewah tersebut saat masih berwarna putih polos harganya masih berkisar Rp.650 juta. Setelah berhiaskan batik hasil karya Carmanita dan timnya, harga mobil mercy itu pun melonjak hingga mencapai Rp. 1 milyar dan dibeli oleh Piyu gitaris Padi Band.

Tahun 2009 Carmanita memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Indonesia yang menobatkannya menjadi sosok Penemu Teknik Membatik Diatas Kain Lycra, karena ia berhasil menciptakan karya dengan membatik diatas kain berserat renggang (Lycra), yang selama ini oleh kebanyakan pembatik umumnya menggunakan kain katun dan sutera.

Karya membatik diatas kain jenis Lycra tersebut mulai ditekuninya sejak tahun 1999. Berbagai jenis batik ciptaan Carmanita sudah sering menghiasi sampul majalah fashion dan desain tanah air. Juga ia dipercayakan oleh beberapa perusahaan dalam negeri untuk mendesain seragam kerja bagi para karyawan perusahaan tersebut. Busana batik karya Carmanita bahkan sudah merambah sampai ke Eropa dan Amerika.

          Sebagai salah seorang pendiri Yayasan Batik Indonesia, Carmanita sering disibukkan dengan berkunjung ke berbagai daerah penghasil batik guna memberikan pelatihan bagi para pengrajin batik tanah air, juga membantu untuk distribusi pemasarannya.


Aug 9, 2014

PROFIL / BIOGRAFI BARLI ASMARA



          Masa kecil Barli Asmara lebih banyak dihabiskan dirumah sang nenek yang hobi menjahit, pembuat batik, perias pengantin, dan seniman Musik Sunda. Ibu dan tante Barli bahkan mengikuti bakat sang nenek yang pandai membuat baju, sehingga kebanyakan baju yang dipakai Barli saat masa kecilnya adalah hasil buah tangan sang ibu.

          Barli Asmara lahir tanggal 3 Maret 1978 di Badung – Jawa Barat. Sejak kecil Barli sudah senang dengan aktivitas menggambar. Saat duduk di Sekolah Dasar ia sudah sering memperhatikan penampilannya agar selalu terlihat rapi dan senang menggunakan aksesoris. Beranjak remaja Barli malah suka mendesain baju wanita. Ia mengaku tidak pernah mengenyam pendidikan fashion disekolah formal.

Saat menyelesaikan kuliahnya di London School of Public Relation, jurusan Komunikasi Massa, untuk pertama kali ditahun 2002 Barli Asmara memutuskan terjun di bisnis fashion secara serius dengan membuka sebuah butik kecil di daerah Kostrad, Arteri Pondok Indah – Jakarta Selatan, yang hanya bermodalkan uang sebesar Rp.3,5 juta saja.

Bisnis butik yang dibangun Barli Asmara yang dimulai dari bawah tidaklah mulus dan serba lancar, namun semuanya diawali dengan kerja keras yang penuh dengan tantangan serta suka duka. Dimulai dari membeli bahan hingga menagih hutang semuanya dilakukan hanya dengan mengendarai motor bahkan tak jarang naik bajaj.

Passion sangat penting bagi pengembangan diri sendiri namun sekolah tinggi seperti bisnis atau marketing juga perlu untuk membangun bisnis”, demikian ungkap Barli Asmara saat wawancara dengan Cosmopolitan (sumber: http://www.cosmopolitan.co.id/new/article/read/03/2012/1499/Kenal-Lebih-Dalam-Sosok-Barli-Asmara ).

Perlahan tapi pasti pelanggan Barli Asmara makin bertambah, hingga pesanan baju buatannya juga datang dari para artis, diantaranya: Agnes Monica, Dewi Sandra, Lulu Tobing, Shanty, Titi DJ, Novita Angie, dan banyak lagi.

Saat gaun karya Barli Asmara dipakai oleh Maudy Koesnaedi untuk model cover sebuah majalah wanita tanah air, sampul majalah tersebut justru terpilih menjadi cover favourite dari para pembacanya.

Karena merasa hasil karyanya sudah mempunyai kekuatan nilai jual dipasaran, Barli Asmara kemudian memutuskan membuat label sendiri yang beberapa diantaranya menggunakan namanya dirinya. Label tersebut terdapat pada 3 kategori produk, seperti:

- Produk Adibusana yang khusus menggunakan nama Label Barli Asmara.

- Produk siap pakai (ready to wear) bergaya semi formal dengan Label Sui.

- Produk Adibusana yang pasarannya khusus hanya untuk di Brunnei Darussalam dengan menggunakan Label Aaliah Asmara.

Ciri khas desain Barli Asmara berkarakter Craftmenship yang ditonjolkan melalui kekuatan hand made. Karakter ini dapat dilihat dari tekstur bahannya, kreasi bordir dan payet, namun tampil dengan gaya moderen.

Tahun 2011, Barli Asmara dipercayakan menjadi desainer untuk gaun yang dipakai oleh wakil dari Indonesia pada malam puncak Miss Universe.

          Saat ini Barli Asmara sudah memiliki puluhan karyawan dengan usaha dan nama besar yang membawanya menjadi salah satu desainer terkenal tanah air.













Aug 6, 2014

GHEA SUKASAH PANGGABEAN (PELOPOR BUSANA TRADISIONAL TANAH AIR BERGAYA MODEREN)



          Ghea Sukasah Panggabean lahir dari keluarga yang sangat menjunjung tinggi toleransi beragama, dimana sang ayah yang bernama Sutardi Sukarya adalah seorang muslim dan ibunya yaitu Janne Jannie Horneman berdarah Belanda merupakan seorang nasrani, mengajarkan nilai – nilai toleransi tersebut kepada Ghea Sukasah sejak kecil.

          Ghea sendiri adalah anak tunggal yang lahir di Roterdam – Belanda, pada tanggal 1 Maret 1955 dengan nama Siti Giskaeni. Karena tradisi di Belanda yang menganjurkan agar anak perempuan pertama harus memakai nama yang sama dengan neneknya, sehingga digunakanlah nama Ghea.

Ghea menikah dengan pria asal Indonesia yakni Doddy Sukasah, dan mereka dikaruniai dua orang putri kembar yang diberi nama Amanda Sukasah dan Janna Sukasah. Namun pernikahan mereka hanya mampu bertahan 15 tahun.

Kemudian selang beberapa lama, Ghea menikah lagi dengan Baringin Panggabean dan melahirkan seorang putra yang diberi nama Igor Panggabean.

Sejak kecil Ghea Panggabean sangat suka menggambar. Ia banyak berkeliling mengikuti sang ayah yang merupakan seorang mantan pegawai pajak serta diplomat, dan sering berpindah tugas dari Yogyakarta, Jakarta, Roterdam, Bremen, Amsterdam, hingga kembali lagi ke Jakarta.

Pendidikan Sekolah Dasar ditempuh Ghea Panggabean saat masih berada di Jerman Barat. Lalu ketika masuk SMP dan SMU, ia menjalaninya selama di Rotterdam – Belanda, yang kemudian melanjutkan lagi SMU di Tarakanita - Jakarta setelah balik ke Indonesia. Selesai pendidikan SMU, Ghea Panggabean meneruskan ke bangku kuliah di Universitas Tri Sakti - Jakarta, Jurusan Teknik Seni Rupa. Namun pendidikan ini dijalaninya hanya setahun karena merasa jurusan tersebut lebih fokus mempelajari ilmu seni rupa secara matematis tanpa mendalami ilmu desain, sehingga sangat jauh dari impiannya yang ingin berkarya dalam dunia busana.

Ghea Panggabean sempat ikut pendidikan kuliah di Stamford Secretary and Management, Singapore hingga selesai. Hal ini dilakukannya karena sang ayah yang menginginkan Ghea agar kelak bisa cepat dapat kerja dan mandiri. Akhirnya setelah lulus kuliah, ia pun bekerja sebagai seorang sekretaris pribadi Prof. Dr. Priyatna Abdurrayid, SH, Phd di Jakarta (salah seorang Ahli Hukum Aeronatika).

Kerinduannya akan dunia fashion membuat Ghea Panggabean memutuskan untuk ikut kuliah di Lucie Clayton College of Dress Making Fashion Design pada tahun 1976 sampai 1978. Dilanjutkan dengan memperdalam ilmu desainnya di Chelsea Academy Of Fashion, London - Inggris tahun 1979.

Saat kembali ketanah air, Ghea Panggabean mulai merintis angan – angannya untuk menjadi seorang desainer dengan memilih mengangkat busana tradisional bergaya moderen sebagai ciri khasnya. Ghea pun memilih lurik Jawa sebagai karya pertamanya dan ternyata laku terjual. Kemudian berlanjut dengan karya – karya lainnya yang memadukan kain tradisional, seperti: Motif Sumba, Ulos Tapanuli, Songket Limar, Grising Bali, Kain Aceh, Peranakan, serta kain khas dari daerah lainnya.

Sambil menjalankan usahanya, ia menggali semua literatur khasanah budaya pakaian tradisional tanah air hingga berkunjung ke berbagai pelosok nusantara.

Ia bahkan melakukan terobosan luar biasa dengan mendesain kain lurik dan jumputan asli Palembang menjadi tampil lebih moderen dan eksotik. Karya tersebut membuat Ghea Sukasah Panggabean meraih penghargaan Indonesia’s Best Ready to Wear Designers pada Aparel Award tahun 1987.

Kain jumputan buatan Ghea Panggabean ada yang dibuat melalui proses tenunan pabrik yang produksinya membutuhkan waktu lama hingga berminggu - minggu untuk menyelesaikannya, dan juga ada yang dihasilkan dalam waktu singkat namun menggunakan teknik print diatas kain sutera, organza, dan stretch.

Tidak hanya sampai disitu, dibulan Juli 2011, Ghea Panggabean kembali menghasilkan rancangan busana muslim dan mengikut sertakan karyanya pada pergelaran Islamic Fashion Festival (IFF) bertempat di Hotel Mandarin Oriental Hyde Park, London – Inggris. Karya tersebut diberinya tema “Eastern Treasures”. Tak disangka, ternyata busana muslim ciptaannya diminati dan dibeli oleh beberapa wanita berkelas saat itu, diantaranya Putri Charlotte Casiraghi yang berasal dari Maroko.

Untuk terus berinovasi dalam berkarya, Ghea Panggabean tidak pernah berhenti belajar dan mengamati perkembangan fashion yang setiap tahun trend-nya berubah. Ia juga sering berbagi pengalaman dengan para desainer lokal. Bahkan saat berkunjung ke pengrajin tekstil di Padang yang diprakarsai oleh Departemen Perindustrian, Ghea Panggabean berkesempatan memberikan berbagai ide dan pengetahuan untuk bagaimana mengangkat dan mempertahankan busana tradisional dengan mengikuti model bergaya moderen tanpa meninggalkan ciri khas setiap daerah.

          Ghea Panggabean tidak akan pernah berhenti mengangkat busana tradisional nusantara hingga kemata dunia agar mampu bersaing dengan produk busana internasional. Sampai saat ini Ghea Panggabean selalu rutin mengikuti berbagai pergelaran fashion show diberbagai kota besar benua Eropa.


Jul 24, 2014

PROFIL / BIOGRAFI ITANG YUNASZ


          Yusjirwan Yunasz atau populer dengan nama Itang Yunasz, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 31 Desember 1958, dari pasangan asal Minangkabau. Selain sebagai seorang perancang busana muslim terkenal tanah air, Itang Yunasz juga adalah seorang penyanyi dan aktor.

Ayahnya yang bernama Yunas Sultan Pangeran merupakan seorang prajurit TNI namun punya bakat seni antara lain membuat lukisan dari kain perca, sementara ibunya yakni Yuliana sangat gemar menjahit.

Itang Yunasz menikah dengan Yeni Mulyani dan mereka dikaruniai seorang anak laki – laki juga seorang anak perempuan.

          Diusia 10 tahun, Itang Yunasz memang suka mendesain berbagai sketsa. Ia bahkan pernah mencoba ikut Lomba Perancang Mode yang digelar oleh Majalah Femina ditahun 1979, namun tidak mampu meraih peringkat apapun.

Suatu ketika, Itang Yunasz berangkat ke Singapura untuk menyaksikan pagelaran busana milik desainer asal Italia yaitu Renato Balestra. Iapun bertekat menemui sang desainer tersebut untuk berguru. Bak gayung bersambut, Balestra kemudian menyarankan Itang Yunasz untuk belajar menjadi desainer dan sekaligus magang di Roma – Italia.

Itang Yunasz kemudian terbang ke Roma pada tahun 1980 untuk bertemu dan belajar dirumah mode milik Renato Balestra.

Tahun 1981, Itang Yunasz kembali ke tanah air. Ia pun mencoba kemampuannya dengan mengikuti Lomba Perancang Mode. Kali ini rancangannya bergaya internasional dengan memadukan busana khas Srilanka, Thailand, Jepang, dan Sumatera, yang diberi tema “Angin Timur Angin Barat”. Pada perlombaan ini ia berhasil menyabet juara dua sehingga memperoleh hadiah uang tunai sebesar Rp. 2 juta, sementara baju rancangan yang diikutkan dalam perlombaan tersebut ternyata diminati oleh seorang konsumen asal Houston – Texas, senilai Rp. 4 juta.

Dari sinilah Itang Yunasz mulai merintis usahanya bermodalkan uang sejumlah Rp. 6 juta tadi.

Didunia tarik suara Itang Yunasz pernah populer dengan lagu berjudul “Aku Cinta Padamu”. Ia juga pernah dikontrak beberapa tahun oleh Pangeran Brunai untuk menjadi singer di Brunai Darussalam. Sejak namanya makin dikenal oleh pencinta musik tanah air, aktifitas Itang Yunasz didunia desain busana tidak lagi terfokus.

Akhirnya ditahun 1991, Itang Yunasz memutuskan untuk kembali lebih serius menggeluti bisnis merancang busana. Sejak saat itu iapun sering menjuarai ajang perlombaan merancang busana, dan selalu terpilih sebagai Perancang Busana Indonesia Terbaik.

Itang Yunasz lebih memilih merancang busana muslim gaya moderen, sebab menurutnya busana muslim model lama yang dirancang oleh desainer pendahulu terlalu menampilkan lembaran kain yang berlapis – lapis sehingga terkesan menumpuk dan gedombrongan.

Ia memperhatikan wanita berhijab sebagai professional yang bekerja diperkantoran seperti di bank, namun kebanyakan mereka belum mengetahui jenis blazer yang sesuai dengan lingkungan tempat mereka bekerja. Itang Yunasz kemudian memproduksi rancangan busana muslimah dengan memakai label “Tatum” untuk produk pertamanya yang diedarkan kepasaran.

Diteruskan dengan merek “Preview” untuk produksi baju koko. Ide rancangan baju koko ini muncul saat Itang Yunasz memperhatikan penampilan Almarhum Ustad Jeffry Al Bukhori (Uje) yang sering tampil didepan publik.

Selanjutnya, Itang Yunasz memproduksi merek “Marrakech” berupa busana muslim gaul dari bahan kaos bagi kalangan anak muda. Label Marrakech sendiri merupakan ubahan dari kata Maroko yaitu negara wisata yang terletak di Benua Afrika namun sangat berkesan bagi Itang Yunasz saat ia berkunjung disana.

Ketika Itang Yunasz mendapat undangan di Jeddah – Saudi Arabia untuk menampilkan berbagai rancangan busana muslim hasil karyanya, saat itu pulah ia menunaikan ibadah umroh pertamanya. Setelah usianya menginjak 30 tahun, ia memutuskan untuk melakukan Ibadah Haji untuk pertama kalinya.

          Saat ini Itang Yunasz memiliki sekitar 50 orang karyawan yang membantu bisnis busana muslimnya yang terus berkembang.


Jul 19, 2014

PROFIL / BIOGRAFI HARRY DARSONO



          Nama lengkapnya adalah Mercelino Dominicus Savio Harry Daroeharto Darsono, namun populer dengan nama Harry Darsono. Lahir pada tanggal 15 Maret 1952 di Mojokerto – Jawa Timur. Harry sembilan bersaudara dan ayahnya yaitu Haji Darsono, merupakan pengusaha rokok ternama Djie Sam Soe serta Wismilak.

          Harry Darsono merupakan salah seorang perancang busana tanah air yang piawai melukis diatas kanvas maupun kain sutra, juga merancang berbagai desain kostum panggung, karya tenun, dan mampu menghasilkan sulaman dekoratif serta kontemporer.

Sejak awal tahun 1970-an, Harry Darsono dianggap sebagai desainer yang memprakarsai adibusana (Haute Couture atau Art To Wear) di Indonesia. Karyanya telah banyak dipakai oleh tokoh terkenal dunia dan para pesohor lainnya.

Adibusana merupakan produk pesanan khusus pribadi yang berkualitas tinggi dan tidak ada duanya didunia, dikerjakan secara manual / dijahit menggunakan tangan dengan tinggkat ketelitian luar biasa, serta terbuat dari bahan yang sangat mahal. Kemudian pola yang menjadi gambaran untuk sebuah pesanan adibusana tadi, harus segera dimusnahkan saat produk pesanan telah selesai dibuat.

Untuk kelas dunia kita mengenal beberapa perancang adibusana, seperti: Christian Dior, Yves Saint Laurent, Chanel, Jean Paul Goultier, Givenchy, Christian Lacroix, dan Valentino.

Selain sibuk sebagai perancang busana, Harry Darsono juga aktif dalam dunia pendidikan seni dan desain, psikologi kewirausahawan, bahkan konsultan untuk berbagai perusahaan.

Masa kecil Harry Darsono dianggap memiliki suatu kekurangan, akibat sulitnya orang – orang disekeliling dia untuk mampu mengerti dan memahami apa yang diucapkan serta dipikirkannya saat berkomunikasi. Oleh kedua orang tuanya, ia kemudian masuk pada sebuah sekolah luar biasa di Surabaya, agar mampu berkomunikasi dengan baik walaupun menggunakan bahasa isyarat.

Saat berumur 4 tahun, Harry Darsono disekolahkan ke Perancis disebuah sekolah khusus yang memiliki berbagai metode terapy bagi kebutuhan pendidikannya. Disekolah tersebut ia mampu mengembangkan bakatnya, seperti menggambar, melukis, main musik, dan memintal. Sejak saat itu Harry Darsono lebih gemar menggambar.

Setelah lulus dari sekolah khusus tersebut, orang tuanya berencana melanjutkan pendidikan Harry Darsono ke sekolah musik di Amerika, namun atas saran dari seorang psikolog yang mengatakan bahwa Harry lebih tertarik pada pelajaran menggambar. Sementara seni musik dan tari, Harry Darsono menyukainya untuk sekedar hobi saja.

Akhirnya Harry Darsono kuliah di Paris Academy Of Fashion, pada tahun 1971. Selesai merampungkan kuliahnya di Prancis, ia melanjutkan kuliahnya tahun 1972 di London College Of Fashion, Inggris. Masih pada tahun yang sama, Harry Darsono menambah pengetahuannya melalui sekolah The London Film & Television Academy.

Harry juga memiliki gelar Phd dalam bidang Humanistic Philosophy.

Saat pulang ketanah air, Harry Darsono ditawarkan oleh bapaknya untuk ikut bergabung membantu orang tua dan saudara – saudaranya bekerja diperusahaan rokok milik keluarga. Namun Harry menolak dengan alasan tidak punya bakat dan latar belakang pendidikan dalam bisnis rokok.

Untuk meraih angan dan mimpinya menjadi seorang perancang busana, maka Harry Darsono balik lagi ke Paris dan bekerja dibeberapa rumah mode guna memperdalam bakat dan pengalamannya. Beberapa karya Harry pun mulai dikenal tidak hanya oleh publik Prancis namun juga diberbagai Negara Eropa, diantaranya: kostum panggung Julius Caesar untuk berbagai pertunjukan kelas dunia, kostum panggung untuk pertunjukan Madame Butterfly karya Puccini, hingga kostum panggung untuk beberapa karya pertunjukan Shakespeare (seperti: Romeo And Juliet, Halmet And Othello, dan King Lear).

Selama Di Paris, Harry Darsono pernah bekerja menjadi tenaga instruktur disekolah yang dahulu ia tempati menimba ilmu, yaitu Paris Academy Of Fashion selama tahun 1972 sampai 1974. Saat di Indonesia tahun 1978, ia pun pernah ikut menjadi staf Pengajar Etika Dan Estetika Busana Muslim Fatayat NU.

Harry Darsono mendirikan rumah mode miliknya di Jalan Kesehatan, Jakarta Pusat. Dirumah tersebut ia memiliki hampir 50 orang karyawan yang setiap hari membantunya membuat motif dan desain untuk karya – karyanya. Sebagian besar karyawan Harry Darsono tersebut merupakan alumni dari STSRI, IKJ, dan ITB.

Beberapa perusahaan lain juga ikut mengontrak Harry Darsono sebagai desainer dan konsultan mereka, diantaranya: PT. Sarinah Jaya, Batik Keris, Selvira, dan Texmaco.

Harry Darsono juga memiliki kesibukan lain dibeberapa yayasan sosial yang didirikannya, seperti: Harry Darsono Foundation, Msyarakat Anti Narkoba, Pantara, dan Hamien (yayasan sosial yang memberikan berbagai ilmu pengembangan diri bagi pemuda putus sekolah dan kesulitan belajar).

          Sebuah museum pribadi Harry Darsono yang mengoleksi karya – karya sejarah buatan tangannya mulai tahun 1970 hingga saat ini menyimpan, antara lain: adibusana, kostum panggung, sulaman dekoratif dan kontemporer, tenun ikat, art to wear, tapestry, lukisan diatas sutra, juga novelty fabrics bagi interior dan adibusana yang terbuat dari sutra halus. Museum yang terletak dikawasan Cilandak – Jakarta Selatan tersebut oleh pemerintah Kota Jakarta ditetapkan sebagai kawasan wisata.









Jun 23, 2014

ADJIE NOTONEGORO (PERANCANG BUSANA INDONESIA)



          Salah satu desainer (perancang busana) kondang Indonesia adalah Adjie Notonegoro. Karya – karyanya sudah sering dipamerkan sampai ke mancanegara, seperti: di National Gallery of Australia, dan di Mode Woche – Muenchen (Jerman).

          Hasil karya Adjie Notonegoro juga telah dipakai oleh banyak orang – orang terkenal dari dalam negeri sampai mancanegara, mulai para artis hingga kepala negara seperti Bill Clinton (mantan Presiden Amerika), Gus Dur (mantan presiden Republik Indonesia), dan Fidel Castro (mantan Presiden Cuba).

Adjie Notonegoro dilahirkan tanggal 18 Juli 1961 di Jakarta, dengan nama ayahnya Djati Prayitno dan ibu Ami. Paman dari desainer dan presenter Ivan Gunawan ini memiliki dua orang putra, masing – masing adalah Mohammad Kevin Septiantonotonegor dan Satrio Bagus Andrew Novantonotonegoro.

Ia belajar sekolah mode di Mueller Und Sohn - Jerman, lalu melanjutkannya di Paris dan Italia. Saat di Indonesia, Adjie Notonegoro membuka sebuah butik yang diberi nama “House Of Adjie”.

          Sayangnya dibalik nama besar dan kesuksesannya, Adjie Notonegoro pernah tersandung beberapa kali pelanggaran hukum hingga dipenjara.



Jun 19, 2014

ANNE AVANTIE (PERANCANG KEBAYA MODEREN)


          Sianne Avantie atau dikenal dengan nama Anne Avantie, lahir tanggal 20 Mei 1964 di Semarang. Berasal dari keluarga Tionghoa dengan ayah yang namanya Hari Alexander pemilik bengkel variasi mobil, dan ibu Amie Indriati yang menjalankan usaha salon kecantikan.

          Anne Avantie menikah dengan Yoseph Henry dan mereka dikaruniai tiga orang putra – putri, diantaranya: Intan Avantie, Ernest Christoga Susilo, dan Ian Tadio Christoga Susilo. Ia dianggap sebagai wanita pelopor yang berhasil mengangkat kebaya menjadi konsumsi berkelas dunia, dengan merancangnya menjadi busana wanita moderen.

Banyak rancangan serta kreasi dari buah tangan Anne Avantie dipakai oleh para artis - artis wanita, ibu pejabat, juga istri pejabat di tanah air, bahkan beberapa wanita terkenal dunia seperti Miss Universe, diantaranya: Jennifer Hawkins (Miss Universe 2004 asal Australia), Chyntia Ollavaria (runner up 1 Miss Universe 2005 asal Puerto Rico), Zulyeka Rivera Mendoza (Miss Universe 2006 asal Puerto Rico), , serta Dayana Mendoza (Miss Universe 2008 asal Venezuela).

Anne Avantie bertumbuh dan besar di Kota Solo. Saat masih duduk di bangku sekolah dasar, Anne sudah mahir menciptakan berbagai jenis hiasan rambut dan dijual keteman – temannya. Diusia remajanya, ia sering dipercayakan untuk membuat kostum budaya dan seni untuk berbagai pentas hiburan remaja di Kota Solo, seperti kostum bagi kelompok vokal grup dan kostum pentas tari sekolah.

Dalam mempelajari seni merancang busana, Anne Avantie tidak pernah mengikuti pendidikan desainer yang formil. Semua dijalani secara otodidak. Ia hanya mengenyam pendidikan sampai lulus SMA saja.

Kariernya sebagai perancang busana dirintis sejak tahun 1989 sewaktu masih tinggal disebuah rumah kontrakan. Dengan hanya berbekal 2 buah mesin jahit ia menjalankan usaha kecil tersebut dengan nama “Griya Busana Permatasari”, yang lebih fokus membuat dan merancang kostum tari serta gaun malam dengan ciri khas perpaduan manik – manik sebagai aksesorisnya.

Pada tahu 2010, Anne Avantie telah memiliki 2 buah butik di Mall Kelapa Gading, sebuah Rumah Pengantin Grand Indonesia, juga Toko PENDOPO yang khusus menjual produk seni karya usaha kecil menengah dalam negeri.

Anne Avantie tidak ingin menikmati sendiri prestasi yang mengangkatnya menjadi desainer kebaya papan atas dunia, tetapi ia juga ingin berbagai ilmu yang dimiliki ini dengan semua orang tanpa dibatasi oleh latar belakang apapun. Ia mendirikan sebuah workshop untuk pelatihan gratis, yang setiap hari ramai dikujungi oleh orang – orang yang datang dari berbagai penjuru negeri ini, yaitu para tukang jahit, desainer busana, bahkan ibu – ibu rumah tangga.

Tak jarang Anne Avantie diundang sebagai nara sumber diberbagai seminar kewirausahaan.

Beberapa penghargaan yang telah diraih Anne Avantie atas prestasinya mengangkat harkat kaum wanita Indonesia dimata dunia, seperti:

- Menerima Kartini Award dari Ibu Negera Kristiani Susilo Bambang Yudhoyono.
- Wanita Indonesia Bisa dari Menteri Pemberdayaan Perempuan , Ibu Meutia Hatta.

Dari kesibukannya sehari – hari yang sangat padat, Anne Avantie juga masih punya waktu luang untuk aktif dalam berbagai kegiatan soasial kemanusaiaan. Ia mendirikan sebuah tempat pelayanan kesehatan yang berkerja sama dengan Rumah Sakit St. Elisabeth di Semarang pada tahun 2002. Tempat tersebut diberi nama "Wisma Kasih Bunda", yang merawat anak- anak penderita hydropcephalus, astresi ani (pasien tanpa lubang dubur), labiopalataschisis, tumor, bibir sumbing, dan berbagai penyakit yang membutuhkan berbagai penanganan darurat.

Semuanya itu berawal saat ibu kandung Anne Avantie menderita penyakit kanker mulut rahim (serviks) selama 13 tahun. Sewaktu merawat sang ibu tersebut, mata hati dan mata rohani Anne terbuka. Ia sadar bahwa tidak semuanya didunia ini dapat dibeli dengan uang dan popularitas, karena ibunya bisa disembuhkan ketika itu hanya oleh mujisat dari Tuhan.

“Ibu saya diberi kesembuhan oleh Tuhan dari kanker serviks yang dideritanya selama 13 tahun”, kenang Anne dalam Harian Media Indonesia, edisi 18 April 2010.

Ia pun memohon kepada Tuhan agar dirinya dipakai sebagai penolong bagi orang – orang yang menderita. Tahun 2002 doa Anne dijawab Tuhan ketika seorang balita berumur enam bulan penderita hydrocephalus yang namanya Aris Masori datang bersama ibunya di kediaman Anne Avantie di Semarang. Mereka datang karena mengira Anne adalah seorang donatur bagi operasi sang balita malang tersebut.

Anne Avantie tidak menyangka atas kejadian ini. Dengan penuh ketulusan serta rasa kemanusiaannya, ia pun segera merespon dan membantu bayi tersebut untuk dilakukan operasi pada sebuah rumah sakit hingga bayi itu sembuh. Sejak itulah ia sangat merasakan bahwa hidupnya sungguh berarti dimata Tuhan.

Di Wisma Kasih Bunda, Anne Avantie selalu punya waktu 24 jam melayani semua anak – anak penderita, baik sebelum mereka menjalani operasi maupun setelah selesai dioperasi atas penyakit yang diderita. Ia sekaligus menjadi pendonor di penampungan sosial ini.

          Anak – anak diberi perawatan khusus berupa fisioterapi, pemulihan gizi, dan pelatihan mandiri pasca operasi agar kondisi mereka kembali stabil dan diperbolehkan pulang. Semua biaya tersebut gratis termasuk selama pengobatan dan operasi. Diwisma ini kami hanya punya dua kata sebagai pedoman, yaitu “Iya Dan Oke”, ucap Anne Avantie seraya tersenyum. Anak – anak yang mendapat perawat diwisma ini berasal dari berbagai penjuru tanah air.




Jun 17, 2014

41 NAMA PERANCANG BUSANA (DESAINER) INDONESIA



          Merancang busana bukanlah merupakan sesuatu pekerjaan mudah, karena:

- perlu ketelitian, dimana seorang desainer tahu betul bahan – bahan kain yang ingin digunakan, agar nyaman dan serasi dipakai bagi konsumen.

- penuh perhitungan, karena seorang desainer mampu mengukur seberapa banyak ia harus membutuhkan bahan dasar kain untuk membuat selembar pakaian dengan model dan ukuran tertentu, sehingga tidak akan terjadi kelebihan / pemborosan menggunakan bahan kain.

- berjiwa seni, bagi seorang desainer juga harus menguasai keserasian warna kain dan model yang sesuai dengan tuntutan pasar.

- berjiwa bisnis, desainer juga harus paham tentang menejemen produksi, manejemen keuangan, dan menejemen pemasaran, sehingga ia bisa terus menjalankan bisnisnya dalam jangka panjang.

          Berikut ini beberapa nama perancang busana (desainer) Indonesia sukses dibidangnya:

1. Samuel Wattimena
2. Sebastian Gunawan
3. Selphie Bong
4. Sapto Djojokartiko
5. Tri Handoko
6. Yohannes E. Yunarko
7. Tex Saverio
8. Virgie Noegrohati
9. Anne Avantie
10. Adjie Notonegoro
11. Arantxa Adi
12. Barli Asmara
13. Biyan Wanaatmadja
14. Carmanita
15. Dian pelangi
16. Didi Budiardjo
17. Edward Hutabarat
18. Ghea S. Panggabean
19. Harry Darsono
20. Marga Alam
21. Maulina putri
22. Nelwan Anwar
23. Ninik Darmawan
24. Obin
25. Oscar Lawalatta
26. Peter Sie
27. Prayudi
28. Priyo Oktaviano
29. Poppy Darsono
30. Raden Sirait
31. Resnha Sapto
32. Anne Avantie
33. Adjie Notonegoro
34. Arantxa Adi
35. Barli Asmara
36. Biyan Wanaatmadja
37. Carmanita
38. Dian pelangi
39. Didi Budiardjo
40. Edward Hutabarat
41. Ghea S. Panggabean




Sumber:  http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_perancang_busana











Jun 14, 2014

CIRI KHAS BATIK MALANG (BATIK MALANGAN)


          Saat ini Batik Malang sudah mampu terjual hingga ke mancanegara, diantaranya Singapura dan beberapa negara Eropa seperti Barcelona. Hal ini terungkap pada event Fashion Show Batik On The Street (sumber http://mediacenter.malangkota.go.id/2014/05/batik-khas-malang-tembus-eropa/).

          Dahulu Batik Malang atau sering disebut Batik Malangan, hanya dipakai saat upacara adat saja. Corak yang dimiliki Batik Malang umumnya didominasi simbol “Sidomukti Malang” dimana pada bagian tengahnya terdapat hiasan kotak putih dengan istilah Modhang Koro.

Corak tersebut sering terlihat dipakai pada perhelatan resmi dan diberi istilah “Udheng” jika yang menggunakannya adalah kaum pria, serta “Sewek” bagi kaum wanitanya.

Penggunaan berbagai motif pada Batik Malang bersumber dari bangunan candi peninggalan Kerajaan Kanjuruhan di abad ketujuh, dan motif tersebut juga punya filosofi masing – masing.

Ciri khas Batik Malang mudah dikenali pada tiga komponen motif yang dipakai didalamnya, antara lain:

1. Komponen Tanahan atau Dasar, terdiri dari motif hias melati, motif segi empat, dan motif hias padma. Semuanya diambil dari motif yang ada pada Candi Badut – Malang, peninggalan Kerajaan Kanjuruhan tahun 760 Masehi.

2. Komponen Pokok atau Hias, berupa motif bergambar tugu yang pada sisi kanan – kirinya diapit Rambut Singa. Tugu yang dimaksud adalah terletak didepan Balai Kota Malang.

3. Komponen Hias Untuk Tumpal (Motif Isen – Isen) yang berisi tiga sulur membentuk sebuah rantai. Motif ini menggambarkan Kota Malang yang identik sebagai Kota Bunga. Pada pinggiran motif dihiasi dengan gambar roda yang melukiskan Kota Malang sebagai Kota Industri.

Ketiga komponen diatas mewakili Visi Kota Malang yang dikenal dengan sebutan Tri Bina Cita.

Warna Batik Malang umumnya menggunakan coklat, hitam, merah, putih, kuning, hijau, dan biru.

          Motif lain dari Batik Malang, adalah motif Kembang Kopi (gambar kopi dibelah dua berwarna hitam), motif Dele Kecer (hijau - merah), motif Kembang Tanjung (kuning-sawo matang, bentuk bunga bulat tengah pinggir bergerigi), motif Sawat Kembang Pring (motif bambu Jawa sakbarong), motif Kembang Mayang (merah - kuning), motif Kembang Juwet (biru - hijau), Kembang Padma (teratai), motif Kembang Manggar (putih - kuning), dan banyak lagi.