Aug 27, 2014

KOTA SENGKANG PUSAT KERAJINAN SUTERA INDONESIA TIMUR



          Meski namanya belum terlalu populer sampai saat ini, namun Kota Sengkang telah lama menjadi sentra produksi benang sutra hingga menjadi kain sutera. Dalam bahasa setempat (bahasa bugis) sutra disebut “Sabbe”.

          Secara geografis letak Kota Sengkang yang merupakan ibu kota Kabupaten Wajo, berjarak sekitar 250 Km dari Kota Makassar - Sulawesi Selatan, dengan jarak tempuh berkisar 5 jam lamanya.

Umumnya penduduk di Kota Sengkang berprofesi sebagai peternak ulat sutera serta pengrajin kain sutera. Sebagai contoh dapat kita temui para warga yang berdomisili pada salah satu desa di Kecamatan Sabbangparu, dimana setiap kolong rumah warga desa tersebut dijadikan lokasi peternakan ulat sutera.

Untuk makanan ulat sutera tersebut, warga tidak sulit untuk mendapatkan karena disekitar wilayah pemukiman mereka sangat mudah ditemui tumbuhnya pohon murbei.

Harga benang sutera yang dihasilkan bisa mencapai ratusan ribu rupiah per kilo gram.

Teknik tenun benang sutera untuk dijadikan kain dan sarung sutera yang dilakukan pengrajin di Kota Sengkang kebanyakan masih dilakukan dengan cara – cara tradisional. Beberapa teknik tenun yang dikenal oleh mereka, antara lain:

- Teknik Bola – Bola, merupakan cara tenun dengan menggunakan kedua tangan serta kaki. Cara tenun seperti ini hanya membutuhkan waktu selama empat hari saja dan sudah mampu menghasilkan satu lembar sarung sutera.

- Teknik Bola, adalah cara tenun dengan hanya menggunakan kedua tangan. Menenun dengan menggunakan teknik ini memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dan proses pembuatannya memakan waktu hingga 4 bulan lamanya untuk memproduksi selembar sarung sutera. Hanya saja hasil yang diperoleh lebih berkualitas serta nilai jualnya cukup tinggi.

Dalam proses pewarnaan, para pengrajin sutera di Kota Sengkang masih mempertahankan penggunaan pewarna dari tumbuh – tumbuhan, seperti: getah pohon, pucuk daun mangga, daun pandan, dan kunyit. Alasannya karena warna yang dihasilkan mampu awet dan bertahan lama hingga dimakan usia.

Beberapa motif yang merupakan ciri khas tenunan kain sutera dan sarung sutera dari Kota Sengkang ini, seperti:

Motif Makkalu’ (melingkar), Motif Balo Renni (kotak kecil), Motif Balo Tettong (bergaris vertikal), dan Motif Mallobang (berkotak kosong), Motif Bali Are (memadukan benang sutera dangan menyisipkan benang jenis lain).

Selain memproduksi sarung dan kain sutera, para pengrajin di Kota Sengkang ini juga mampu menghasilkan baju, tas, aksesoris dari bahan sutera yang sesuai permintaan pasar.

          Kendala yang masih dihadapi pengrajin sutera di Kota Sengkang saat ini adalah:

- Sistim pemasaran yang belum maksimal, terutama pemasaran keluar pulau Sulawesi bahkan ke mancanegara langsung dari pengrajin.

- Para pengrajin setempat masih sulit mendapatkan benang sutera lokal yang berkualitas tinggi.

- Perhatian serius mengenai perlindungan hak cipta untuk desain dari sebuah karya milik para pengrajin sutera di Kota Sengkang masih kurang maksimal.


1 comment:

Asrianto Sultan said...

Halo, mas/mba admin dari blog Grosir Busana Muslim. Kami baru selesai membaca tulisan artikelnya di atas, tulisannya cukup menarik karena lengkap sampai pada uraian teknik penenunan, pewarnaan, dan jenis motif dari tenun sengkang nya.

Kami ucapkan terima kasih atas tulisannya tentang kota Sengkang sebagai pusat kerajinan tenun dan sutera di Indonesia timur nya ini. Kebetulan saya orang Sengkang, mudah-mudahan tulisan artikel di blog mas/mba ini bisa mengenalkan kepada masyarakat luas tentang Tenun Sengkang. Sukses ya mas/mba.