Aug 29, 2014

WEDORO PUSAT KERAJINAN SANDAL DAN SEPATU DI SIDOARJO



          Wedoro adalah satu – satunya desa di Kabupaten Sidoarjo – Jawa Timur yang menjadi pusat kerajinan sandal dan sepatu. Konon sejak ahun1955, beberapa warga didesa ini sudah ada yang berprofesi sebagai pengrajin dan jualan sandal.

          Di era tahun 70-an sampai awal tahun 80-an, umumnya anak – anak warga Desa Wedoro hanya bersekolah di tingkat Sekolah Dasar saja dan jarang yang mengecap pendidikan hingga tamat SMA. Saat itu mereka lebih memilih mencari uang dengan berjualan sandal dari pada memiliki pendidikan tinggi. Hal ini disebabkan oleh karena mudahnya anak – anak tersebut mendapatkan uang dengan berjualan sandal meskipun mereka masih duduk di bangku SD.

Dengan pola pikir seperti inilah berkibat pada menganggurnya lahan – lahan didesa Wedoro untuk dijadikan sawah. Kalaupun ada yang dijadikan lahan pertanian, namun lahan tersebut digarap oleh orang – orang dari desa lain sebagai status sewa.

Saat ini hampir seluruh lahan di Desa Wedoro sudah tidak lagi memiliki sawah dibanding desa – desa sekitarnya. Umumnya warga Desa Wedoro berprofesi sebagai pengrajin dan jualan sandal serta sepatu, selebihnya adalah karyawan.

Sebagai salah satu pusat kerajinan sandal dan sepatu di Jawa Timur, membuat Desa Wedoro sering dikunjungi berbagai masyarakat dari dalam Pulau Jawa bahkan juga Luar Pulau Jawa untuk belajar membuat sandal dan sepatu.

Umumnya masyarakat tersebut berasal dari Surabaya, Jombang, Malang, Pasuruan, Bogor, Lampung, dan Samarinda.

Sejak awal tahun 2000-an jumlah toko sandal dan sepatu yang dibuka warga setempat telah mencapai 800 toko, seiring dengan meningkatnya omset para pengrajin dan penjual sandal sepatu di Desa Wedoro. Bahan dasar produk sandal yang digunakan oleh pengrajin di desa ini kebanyakan berbahan spons eva.

           Kendala utama yang dihadapi para pengrajin sandal di Desa Wedoro, antara lain:

- Akses jalan yang sempit, sehingga menyulitkan para konsumen yang sering ramai datang berbelanja di Desa Wedoro.

- Minimnya lahan parkir sehingga menimbulkan lalu lintas yang semrawut diarea sentra ini.













Aug 27, 2014

KOTA SENGKANG PUSAT KERAJINAN SUTERA INDONESIA TIMUR



          Meski namanya belum terlalu populer sampai saat ini, namun Kota Sengkang telah lama menjadi sentra produksi benang sutra hingga menjadi kain sutera. Dalam bahasa setempat (bahasa bugis) sutra disebut “Sabbe”.

          Secara geografis letak Kota Sengkang yang merupakan ibu kota Kabupaten Wajo, berjarak sekitar 250 Km dari Kota Makassar - Sulawesi Selatan, dengan jarak tempuh berkisar 5 jam lamanya.

Umumnya penduduk di Kota Sengkang berprofesi sebagai peternak ulat sutera serta pengrajin kain sutera. Sebagai contoh dapat kita temui para warga yang berdomisili pada salah satu desa di Kecamatan Sabbangparu, dimana setiap kolong rumah warga desa tersebut dijadikan lokasi peternakan ulat sutera.

Untuk makanan ulat sutera tersebut, warga tidak sulit untuk mendapatkan karena disekitar wilayah pemukiman mereka sangat mudah ditemui tumbuhnya pohon murbei.

Harga benang sutera yang dihasilkan bisa mencapai ratusan ribu rupiah per kilo gram.

Teknik tenun benang sutera untuk dijadikan kain dan sarung sutera yang dilakukan pengrajin di Kota Sengkang kebanyakan masih dilakukan dengan cara – cara tradisional. Beberapa teknik tenun yang dikenal oleh mereka, antara lain:

- Teknik Bola – Bola, merupakan cara tenun dengan menggunakan kedua tangan serta kaki. Cara tenun seperti ini hanya membutuhkan waktu selama empat hari saja dan sudah mampu menghasilkan satu lembar sarung sutera.

- Teknik Bola, adalah cara tenun dengan hanya menggunakan kedua tangan. Menenun dengan menggunakan teknik ini memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dan proses pembuatannya memakan waktu hingga 4 bulan lamanya untuk memproduksi selembar sarung sutera. Hanya saja hasil yang diperoleh lebih berkualitas serta nilai jualnya cukup tinggi.

Dalam proses pewarnaan, para pengrajin sutera di Kota Sengkang masih mempertahankan penggunaan pewarna dari tumbuh – tumbuhan, seperti: getah pohon, pucuk daun mangga, daun pandan, dan kunyit. Alasannya karena warna yang dihasilkan mampu awet dan bertahan lama hingga dimakan usia.

Beberapa motif yang merupakan ciri khas tenunan kain sutera dan sarung sutera dari Kota Sengkang ini, seperti:

Motif Makkalu’ (melingkar), Motif Balo Renni (kotak kecil), Motif Balo Tettong (bergaris vertikal), dan Motif Mallobang (berkotak kosong), Motif Bali Are (memadukan benang sutera dangan menyisipkan benang jenis lain).

Selain memproduksi sarung dan kain sutera, para pengrajin di Kota Sengkang ini juga mampu menghasilkan baju, tas, aksesoris dari bahan sutera yang sesuai permintaan pasar.

          Kendala yang masih dihadapi pengrajin sutera di Kota Sengkang saat ini adalah:

- Sistim pemasaran yang belum maksimal, terutama pemasaran keluar pulau Sulawesi bahkan ke mancanegara langsung dari pengrajin.

- Para pengrajin setempat masih sulit mendapatkan benang sutera lokal yang berkualitas tinggi.

- Perhatian serius mengenai perlindungan hak cipta untuk desain dari sebuah karya milik para pengrajin sutera di Kota Sengkang masih kurang maksimal.


Aug 23, 2014

SUSAN BUDIHARDJO (PELOPOR PENDIRI SEKOLAH MODE DI INDONESIA)



          Berasal dari keluarga pencinta seni membuat Susan Budihardjo akhirnya tidak menyangka melakoni dunia fashion ditanah air.

          Ibunya adalah seorang guru menggambar, sementara kakenya adalah pencinta lukisan. Tak heran jika darah seni ini pula turun pada diri Susan Budihardjo yang sejak kecil juga sangat suka menggambar. Saat kecil ia juga senang berdandan, bergaya dengan penampilan modis.

Ketika duduk dibangku SMU, Susan Budihardjo kadang sesekali merancang dan membuat gaun pesta. Saat memasuki pendidikan tinggi, ia meneruskan studinya dengan kuliah di Universitas Tarumanegara mengambil jurusan Arsitektur, karena awalnya ia bercita – cita ingin menjadi insinyur. Merasa bahwa pilihannya kurang sejalan dengan hati dan jiwanya untuk jurusan ini, akhirnya Susan hanya menjalani pendidikan tersebut selama satu semester.

Selang beberapa waktu akhirnya Susan Budihardjo terpikat untuk masuk sekolah mode. Ia kemudian memutuskan kuliah di Akademi Seni Rupa dan Desain, Jakarta pada tahun 1971, karena dimasa itu sekolah mode tempat ia mengenyam pendidikan hanya satu - satunya di Indonesia. Dari sinilah ia bertekat kelak akan mendirikan sekolah fesyen di tanah air.

Setelah menyelesaikan pendidikan tersebut selama setahun, kemudian tahun 1974 ia terbang ke Jerman untuk menambah pengetahuannya dalam bidang desain. Namun tidak lama menetap di Jerman, justru ia memutuskan untuk lebih memilih sekolah di London. Susan Budihardjo lalu berangkat ke Inggris dan mengikuti pendidikan di London Fashion Design School.

Pada tahun 1976 Susan menikah dengan Iwan Budihardjo dan menetap di Ottawa, Canada – Amerika, mengikuti sang suami. Selama di Negara Paman Sam, Susan kembali kuliah di Richard Robinson Couturier dengan mengambil jurusan fashion hingga tamat.

Ketika kembali ke tanah air ditahun 1979, Susan Budihardjo mengawali mimpinya dengan membuka studio kecil sebagai lembaga pendidikan miliknya, untuk membagikan ilmu desain yang selama ini telah diperolehnya. Setelah setahun berjalan, sekolah tersebut berkembang dengan nama Lembaga Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo. Ia tidak mematok harga pendidikan yang tinggi karena memang niat awalnya ingin membuka sekolah mode bagi putra - putri Indonesia, agar mereka mudah mendapatkan sekolah fashion berkualitas didalam negeri.

Saat ini lembaga tersebut memiliki cabang di Bali, Surabaya dan Semarang, serta telah menghasilkan ribuan siswa yang pernah menimba ilmu di LPTB Susan Budihardjo. Beberapa nama desainer kondang Indonesia lahir dari sekolah ini, diantaranya: Rudi Chandra, Didi Budiharjo, Denny Wirawan, Ardianto Halim, Soffie, Sebastian Gunawan, Edy Betty, Chenny Han, Widhi Budimulia, Edward Hutabarat, Adrian Gan, Tri Handoko, dan masih banyak lagi.

Alumni LPTB Susan Budihardjo tidak semuanya dilahirkan menjadi desainer, namun ada pula yang berkecimpung di bidang lain yang tidak lepas dari dunia fashion seperti penata gaya, perancang sepatu, perancang aksesories, dan editor mode.

          Tidak terasa sudah 32 tahun Susan Budihardjo menjalani usahanya di bidang pendidikan sekolah mode. Jatuh bangunnya ia membesarkan Lembaga Pendidikan Tata Busana tersebut membuat Susan tetap eksis meneruskan cita – cita mulia ini bagi orang banyak. Persaingan ketat yang dihadapi sekarang dengan hadirnya beberapa sekolah mode bertaraf internasional ditanah air, menjadikan suatu tantangan positif bagi Susan untuk terus berinovatif membangun mutu pendidikan dan fasilitas yang memadai di LPTB Susan Budihardjo.




Aug 21, 2014

DIDI BUDIHARJO (SALAH SATU DRESSMAKER PIAWAI INDONESIA)



          Desainer kelahiran 22 Nopember 1969 ini memulai pendidikan formalnya dibidang modeling pada Lembaga Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo sejak tahun 1989. Setelah itu ia melanjutkan lagi pendidikannya ke Atelier Fleuri Delaporte, Paris.

          Saat mengawali kariernya dibisnis fashion, Didi Budiharjo memang lebih fokus menciptakan karya busana siap pakai, hingga akhirnya ia lebih dikenal sebagai desainer tanah air yang banyak menghasilkan busana pernikahan, kebaya bergaya moderen, dan busana pesta.

Didi Budiharjo dikenal dengan keahlian dan ciri khasnya yang menggunakan teknik beading dan border rumit diatas karya – karyanya.

Beberapa penghargaan yang pernah diraih oleh Didi Budiharjo sepanjang karier dalam prestasinya sebagai desainer Indonesia, diantaranya:

- Memenangkan “Susan Budihardjo Fashion Designer Contest”, tahun 1989.

- Menerima “RedMod Award” sebagai Perancang Pendatang Baru, tahun 1991. RedMod (Redaksi       Mode) merupakan sebuah organisasi yang didalamnya berkecimpung para pakar busana Indonesia.

- Menerima penghargaan berupa “Kepedulian Terhadap Pelestarian Budaya Indonesia”, yang               diterimanya dari Pemerintah Indonesia pada tahun 1999.

- Menerima penghargaan “Fashion Designer Award”, dari Fashion CafĂ© di tahun 2000.

- MURI (Museum Rekor Indonesia) pada tahun 2005 mencatat Didi Budiharjo sebagai perancang          bustier ukuran terbesar yang menutupi gedung saat acara pembukaan Fashion Bar di Jakarta.

- Menerima penghargaan “Perancang Muda Berbakat”, dari Plaza Indonesia tahun 2005.

- Bersama situs Wolipop tahun 2013, Didi Budiharjo menerima penghargaan berupa “Penyelenggara        Perancang Busana Indonesia Pertama Yang Menggelar Peragaan Busana Dengan Fasilitas          Live Streaming” dari MURI (Museum Rekor Indonesia). Ketika itu, event tersebut bisa langsung            diakses melalui situs Wolipop untuk live streaming.






Aug 19, 2014

10 JENIS PARFUM BERMEREK DAN TERMAHAL DI DUNIA


          Menurut sejarah, parfum telah dikenal sejak ribuan tahun lalu namun saat itu digunakan untuk tujuan ritual keagamaan semisal pembakaran dupa dan herbal aromatik. Pemakaiannya sehari – hari dalam masyarakat umum mulai dikenal sejak jaman peradaban Mesir Kuno.

Dalam perkembangannya dijaman modern ini parfum telah memiliki ribuan aroma dengan jenis merek. Penggunaannya pun bisa untuk tujuan yang berbeda, misalnya parfum yang beraroma terapi mampu mempengaruhi suasana jiwa Si Pemakai dan orang yang berada disekitarnya. Ada pula parfum yang cocok dipakai untuk menonjolkan sisi feminim seseorang, atau parfum bagi orang – orang yang berjiwa enerjik. Bahkan ada pula parfum yang diciptakan khusus bagi jasad orang yang telah meninggal dunia.

Berikut 10 Jenis Parfum Bermerek Dan Termahal Di Dunia:

1. Clive Christian’s Imperial Majesty.


Konon parfum ini hanya diproduksi sebanyak 10 botol saja beredar didunia. Dan harga tiap botolnya ditaksir senilai US $.215.000,- atau Rp.1,9 milyar. Keunikan botolnya terbuat dari Kristal murni yang dilapisi emas 18 karat. Dibagian leher botol terdapat berlian putih 5 karat.
Harganya dibanderol US $.215.000,- atau Rp.1.9,- milyar.



2. Clive Christian’s No.1.


Aroma parfum ini mempengaruhi nilai harganya yang berkisar US $.2.150,- atau Rp.19.6,- juta karena mengandung "Ylang – Ylang" yang hanya tumbuh di kawasan Madagaskar. Pada bagian leher botol terbuat dari bahan Kristal serta Berlian 33 karat.



3. Caron’s Poivre.


Botolnya murni terbuat dari Kristal. Parfum Poivreini dibuat pada tahun 1954, dan bahannya diracik dari aneka rempah – rempah seperti cengkeh, lada hitam, lada merah. Harganya berkisar US $.2000,- atau Rp.18.2 juta.



4. Chanel’s Chanel No. 5.


Parfum berkelas dunia favorite kaum hawa ini memiliki berat berkisar 15,2 ons. Harganya senilai US $.1.850,- atau Rp. 16,9 juta.



5. Baccarat’s Les Larmes SacrĂ©es de Thebes.


Hanya diproduksi sebanyak 6 botol didunia. Botolnya terbuat dari Kristal Baccarat yang memiliki tingkat kemurnian dan kualitas tinggi. Aromanya memiliki kandungan bau kemenyan dan campuran beberapa bahan.

Pada jaman Mesir kuno, parfum ini melambangkan nilai kemistisan. Harganya mencapai US.$1.700,- atau Rp 15.5,- Juta.



6. Annick Goutal’s Eau d’Hadrien.


Aromanya yang mampu mempengaruhi jiwa Si Penggunanya menjadi senang dan menyegarkan, membuat parfum ini menjadi mahal. Harganya berkisar US$1.500,- atau Rp.13.7,- juta.



7. Hermès’ 24 Faubourg.


Diproduksi terbatas hanya 1.000 botol didunia dengan aroma khas Hermes-nya. Harganya dibanderol US $.1.500,- atau Rp.13.7,- juta.



8. Shalini Parfums’ Shalini.


Hanya diproduksi sebanyak 900 botol didunia dengan botol terbuat dari Kristal Lalique. Aromanya pun khas dan menggoda. Harganya senilai US $.900,- atau Rp.8.2,- Juta.



9. Jean Patou’s Joy.


Komposisi pada tiap jenis bahannya yang masing - masing memiliki takaran melebihi dibanding parfum yang umumnya beredar. Diantaranya mengandung 10.600 Bunga Jasmine dan 336 Mawar Bulgarian, sehingga menghasilkan cairan parfum sebanyak 1 ons dalam botolnya. Harganya pun mencapai US $.800,- atau Rp.7.3,- juta.



10. JAR Parfums’ Bolt of Lightning.


Parfum produksi desainer terkenal Joel A. Rosenthal dengan desai botolnya yang unik ini memasarkan parfumnya dengan harga US $.765,- atau Rp.6.9,- juta.


























Aug 14, 2014

CARMANITA (PELOPOR MEMBATIK DIATAS KAIN BERSERAT RENGGANG / LYCRA)



          Carmanita adalah cucu dari Ibu Sud yang merupakan pencipta lagu anak dan juga desainer batik tanah air. Darah seni inilah yang akhirnya turun ke diri sang cucu. Carmanita lahir pada tanggal 10 Juli 1956 di Bandung - Jawa Barat, dari pasangan Osman Tamzil dan Krisnany.

          Carmanita pernah mengenyam kuliah di Pittman College, Perth – Australia, diteruskan ke Citty College San Fransisco dan terakhir melanjutkan ke jurusan Marketing And Finance, University of San Fransisco - AS.

Dalam dunia kerja, Carmanita pernah punya pengalaman bekerja di Fokker Representative yaitu sebuah perusahaan pesawat terbang komersial, Belanda. Juga pernah kerja paruh waktu pada sebuah Bank Amerika di San Fransisco, hingga sebagai karyawan marketing dan perdagangan di Department Store The I Magnin. Tak heran jika ia sangat fasih berbahasa Inggris dan Belanda.

Saat pulang ketanah air tahun 1980, ia memutuskan mengikuti sang nenek untuk terjun melakoni usaha membatik. Selang beberapa waktu kemudian Carmanita mendirikan PT. Amfred Sentana Garment untuk membuktikan keseriusannya dalam bisnis batik. Carmanita lalu mencoba mengembangkan perpaduan batik tradisional dengan motif dan warna bergaya moderen namun tetap mempertahankan kasanah asli batik tersebut.

Tahun 1987 Carmanita mencoba mengikuti sebuah kompetisi desainer yang diselenggarakan oleh sebuah majalah wanita, ia pun berhasil meraih juara ketiga.

Carmanita dikenal sebagai desainer yang membuat batik bergaya moderen dan berkelas.
Bahkan ditahun 2009, Carmanita menuangkan karya batiknya diatas sebuah sedan merek Mercedes-Benz C 250 Avant Garde berwarna putih. Hal ini dilakukannya atas permintaan PT. Mercedes Benz Indonesia (BMI) menyambut 40 tahun berdirinya perusahaan tersebut di Indonesia.

Ia lalu membentuk sebuah tim kecil berangotakan tiga orang desain grafis komputer, serta dibantu delapan orang seniman air brush yang professional ditambah dengan dirinya sendiri. Pekerjaan yang membutuhkan kecermatan serta tingkat konsentrasi tinggi ini pun akhirnya membuahkan hasil dengan nilai seni spektakuler.

Konon mobil mewah tersebut saat masih berwarna putih polos harganya masih berkisar Rp.650 juta. Setelah berhiaskan batik hasil karya Carmanita dan timnya, harga mobil mercy itu pun melonjak hingga mencapai Rp. 1 milyar dan dibeli oleh Piyu gitaris Padi Band.

Tahun 2009 Carmanita memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Indonesia yang menobatkannya menjadi sosok Penemu Teknik Membatik Diatas Kain Lycra, karena ia berhasil menciptakan karya dengan membatik diatas kain berserat renggang (Lycra), yang selama ini oleh kebanyakan pembatik umumnya menggunakan kain katun dan sutera.

Karya membatik diatas kain jenis Lycra tersebut mulai ditekuninya sejak tahun 1999. Berbagai jenis batik ciptaan Carmanita sudah sering menghiasi sampul majalah fashion dan desain tanah air. Juga ia dipercayakan oleh beberapa perusahaan dalam negeri untuk mendesain seragam kerja bagi para karyawan perusahaan tersebut. Busana batik karya Carmanita bahkan sudah merambah sampai ke Eropa dan Amerika.

          Sebagai salah seorang pendiri Yayasan Batik Indonesia, Carmanita sering disibukkan dengan berkunjung ke berbagai daerah penghasil batik guna memberikan pelatihan bagi para pengrajin batik tanah air, juga membantu untuk distribusi pemasarannya.


Aug 9, 2014

PROFIL / BIOGRAFI BARLI ASMARA



          Masa kecil Barli Asmara lebih banyak dihabiskan dirumah sang nenek yang hobi menjahit, pembuat batik, perias pengantin, dan seniman Musik Sunda. Ibu dan tante Barli bahkan mengikuti bakat sang nenek yang pandai membuat baju, sehingga kebanyakan baju yang dipakai Barli saat masa kecilnya adalah hasil buah tangan sang ibu.

          Barli Asmara lahir tanggal 3 Maret 1978 di Badung – Jawa Barat. Sejak kecil Barli sudah senang dengan aktivitas menggambar. Saat duduk di Sekolah Dasar ia sudah sering memperhatikan penampilannya agar selalu terlihat rapi dan senang menggunakan aksesoris. Beranjak remaja Barli malah suka mendesain baju wanita. Ia mengaku tidak pernah mengenyam pendidikan fashion disekolah formal.

Saat menyelesaikan kuliahnya di London School of Public Relation, jurusan Komunikasi Massa, untuk pertama kali ditahun 2002 Barli Asmara memutuskan terjun di bisnis fashion secara serius dengan membuka sebuah butik kecil di daerah Kostrad, Arteri Pondok Indah – Jakarta Selatan, yang hanya bermodalkan uang sebesar Rp.3,5 juta saja.

Bisnis butik yang dibangun Barli Asmara yang dimulai dari bawah tidaklah mulus dan serba lancar, namun semuanya diawali dengan kerja keras yang penuh dengan tantangan serta suka duka. Dimulai dari membeli bahan hingga menagih hutang semuanya dilakukan hanya dengan mengendarai motor bahkan tak jarang naik bajaj.

Passion sangat penting bagi pengembangan diri sendiri namun sekolah tinggi seperti bisnis atau marketing juga perlu untuk membangun bisnis”, demikian ungkap Barli Asmara saat wawancara dengan Cosmopolitan (sumber: http://www.cosmopolitan.co.id/new/article/read/03/2012/1499/Kenal-Lebih-Dalam-Sosok-Barli-Asmara ).

Perlahan tapi pasti pelanggan Barli Asmara makin bertambah, hingga pesanan baju buatannya juga datang dari para artis, diantaranya: Agnes Monica, Dewi Sandra, Lulu Tobing, Shanty, Titi DJ, Novita Angie, dan banyak lagi.

Saat gaun karya Barli Asmara dipakai oleh Maudy Koesnaedi untuk model cover sebuah majalah wanita tanah air, sampul majalah tersebut justru terpilih menjadi cover favourite dari para pembacanya.

Karena merasa hasil karyanya sudah mempunyai kekuatan nilai jual dipasaran, Barli Asmara kemudian memutuskan membuat label sendiri yang beberapa diantaranya menggunakan namanya dirinya. Label tersebut terdapat pada 3 kategori produk, seperti:

- Produk Adibusana yang khusus menggunakan nama Label Barli Asmara.

- Produk siap pakai (ready to wear) bergaya semi formal dengan Label Sui.

- Produk Adibusana yang pasarannya khusus hanya untuk di Brunnei Darussalam dengan menggunakan Label Aaliah Asmara.

Ciri khas desain Barli Asmara berkarakter Craftmenship yang ditonjolkan melalui kekuatan hand made. Karakter ini dapat dilihat dari tekstur bahannya, kreasi bordir dan payet, namun tampil dengan gaya moderen.

Tahun 2011, Barli Asmara dipercayakan menjadi desainer untuk gaun yang dipakai oleh wakil dari Indonesia pada malam puncak Miss Universe.

          Saat ini Barli Asmara sudah memiliki puluhan karyawan dengan usaha dan nama besar yang membawanya menjadi salah satu desainer terkenal tanah air.













Aug 6, 2014

GHEA SUKASAH PANGGABEAN (PELOPOR BUSANA TRADISIONAL TANAH AIR BERGAYA MODEREN)



          Ghea Sukasah Panggabean lahir dari keluarga yang sangat menjunjung tinggi toleransi beragama, dimana sang ayah yang bernama Sutardi Sukarya adalah seorang muslim dan ibunya yaitu Janne Jannie Horneman berdarah Belanda merupakan seorang nasrani, mengajarkan nilai – nilai toleransi tersebut kepada Ghea Sukasah sejak kecil.

          Ghea sendiri adalah anak tunggal yang lahir di Roterdam – Belanda, pada tanggal 1 Maret 1955 dengan nama Siti Giskaeni. Karena tradisi di Belanda yang menganjurkan agar anak perempuan pertama harus memakai nama yang sama dengan neneknya, sehingga digunakanlah nama Ghea.

Ghea menikah dengan pria asal Indonesia yakni Doddy Sukasah, dan mereka dikaruniai dua orang putri kembar yang diberi nama Amanda Sukasah dan Janna Sukasah. Namun pernikahan mereka hanya mampu bertahan 15 tahun.

Kemudian selang beberapa lama, Ghea menikah lagi dengan Baringin Panggabean dan melahirkan seorang putra yang diberi nama Igor Panggabean.

Sejak kecil Ghea Panggabean sangat suka menggambar. Ia banyak berkeliling mengikuti sang ayah yang merupakan seorang mantan pegawai pajak serta diplomat, dan sering berpindah tugas dari Yogyakarta, Jakarta, Roterdam, Bremen, Amsterdam, hingga kembali lagi ke Jakarta.

Pendidikan Sekolah Dasar ditempuh Ghea Panggabean saat masih berada di Jerman Barat. Lalu ketika masuk SMP dan SMU, ia menjalaninya selama di Rotterdam – Belanda, yang kemudian melanjutkan lagi SMU di Tarakanita - Jakarta setelah balik ke Indonesia. Selesai pendidikan SMU, Ghea Panggabean meneruskan ke bangku kuliah di Universitas Tri Sakti - Jakarta, Jurusan Teknik Seni Rupa. Namun pendidikan ini dijalaninya hanya setahun karena merasa jurusan tersebut lebih fokus mempelajari ilmu seni rupa secara matematis tanpa mendalami ilmu desain, sehingga sangat jauh dari impiannya yang ingin berkarya dalam dunia busana.

Ghea Panggabean sempat ikut pendidikan kuliah di Stamford Secretary and Management, Singapore hingga selesai. Hal ini dilakukannya karena sang ayah yang menginginkan Ghea agar kelak bisa cepat dapat kerja dan mandiri. Akhirnya setelah lulus kuliah, ia pun bekerja sebagai seorang sekretaris pribadi Prof. Dr. Priyatna Abdurrayid, SH, Phd di Jakarta (salah seorang Ahli Hukum Aeronatika).

Kerinduannya akan dunia fashion membuat Ghea Panggabean memutuskan untuk ikut kuliah di Lucie Clayton College of Dress Making Fashion Design pada tahun 1976 sampai 1978. Dilanjutkan dengan memperdalam ilmu desainnya di Chelsea Academy Of Fashion, London - Inggris tahun 1979.

Saat kembali ketanah air, Ghea Panggabean mulai merintis angan – angannya untuk menjadi seorang desainer dengan memilih mengangkat busana tradisional bergaya moderen sebagai ciri khasnya. Ghea pun memilih lurik Jawa sebagai karya pertamanya dan ternyata laku terjual. Kemudian berlanjut dengan karya – karya lainnya yang memadukan kain tradisional, seperti: Motif Sumba, Ulos Tapanuli, Songket Limar, Grising Bali, Kain Aceh, Peranakan, serta kain khas dari daerah lainnya.

Sambil menjalankan usahanya, ia menggali semua literatur khasanah budaya pakaian tradisional tanah air hingga berkunjung ke berbagai pelosok nusantara.

Ia bahkan melakukan terobosan luar biasa dengan mendesain kain lurik dan jumputan asli Palembang menjadi tampil lebih moderen dan eksotik. Karya tersebut membuat Ghea Sukasah Panggabean meraih penghargaan Indonesia’s Best Ready to Wear Designers pada Aparel Award tahun 1987.

Kain jumputan buatan Ghea Panggabean ada yang dibuat melalui proses tenunan pabrik yang produksinya membutuhkan waktu lama hingga berminggu - minggu untuk menyelesaikannya, dan juga ada yang dihasilkan dalam waktu singkat namun menggunakan teknik print diatas kain sutera, organza, dan stretch.

Tidak hanya sampai disitu, dibulan Juli 2011, Ghea Panggabean kembali menghasilkan rancangan busana muslim dan mengikut sertakan karyanya pada pergelaran Islamic Fashion Festival (IFF) bertempat di Hotel Mandarin Oriental Hyde Park, London – Inggris. Karya tersebut diberinya tema “Eastern Treasures”. Tak disangka, ternyata busana muslim ciptaannya diminati dan dibeli oleh beberapa wanita berkelas saat itu, diantaranya Putri Charlotte Casiraghi yang berasal dari Maroko.

Untuk terus berinovasi dalam berkarya, Ghea Panggabean tidak pernah berhenti belajar dan mengamati perkembangan fashion yang setiap tahun trend-nya berubah. Ia juga sering berbagi pengalaman dengan para desainer lokal. Bahkan saat berkunjung ke pengrajin tekstil di Padang yang diprakarsai oleh Departemen Perindustrian, Ghea Panggabean berkesempatan memberikan berbagai ide dan pengetahuan untuk bagaimana mengangkat dan mempertahankan busana tradisional dengan mengikuti model bergaya moderen tanpa meninggalkan ciri khas setiap daerah.

          Ghea Panggabean tidak akan pernah berhenti mengangkat busana tradisional nusantara hingga kemata dunia agar mampu bersaing dengan produk busana internasional. Sampai saat ini Ghea Panggabean selalu rutin mengikuti berbagai pergelaran fashion show diberbagai kota besar benua Eropa.