Nov 25, 2014

KERAJINAN KULIT BUAYA ASAL MERAUKE


          Masyarakat Keluarahan Samkai, Kabupaten Merauke - Propinsi Papua, umumnya suka berburu buaya liar disungai. Selain dagingnya dikonsumsi oleh mereka, kulit buaya tersebut dijual untuk dijadikan kerajinan tangan, seperti, tas golf serta aneka jenis tas lain, juga sepatu, dompet, ikat pinggang, tas hand phone, jaket, dan banyak lagi.

          Semenjak Pemerintah Kabupaten Merauke, Papua memberi ijin bagi pengrajin setempat untuk menggunakan kulit buaya sebagai bahan kerajinan tangan ditahun 2008, produksi mereka semakin meningkat seiring permintaan pasar yang terus bertambah setiap tahun. Kendati ijin ini resmi berlaku, namun pemerintah setempat tetap membatasi jumlahnya.

Menurut pengrajin kulit buaya asal Merauke yang jumlahnya mencapai 20 orang pengusaha, bahwa kulit buaya yang mereka gunakan untuk dijadikan produk kerajinan tangan, harus diambil dari buaya yang ukurannya berkisar 12 inci. Sebab buaya yang berukuran besar, kulitnya sudah terlalu keras untuk diolah.

Untuk menjaga stok kulit buaya agar tetap tersedia, maka para pengrajin tersebut membuat penangkaran buaya di masing - masing tempat usaha mereka. Alasannya, karena masyarakat Samkai yang berprofesi berburu buaya liar, sangat sulit dan jarang mendapatkan buruannya saat musim hujan datang. Sebab buaya jarang muncul dipermukaan sungai selama musim penghujan.

Sejak tahun 2010 para pengusaha ini mendapat bantuan modal hingga Rp.1 milyar dengan bunga rendah dari PT. ASKES yang bekerjasama dengan pemerintah setempat.

Hasil kerajinan tangan kulit buaya asal Merauke saat ini banyak diminati oleh turis lokal dan mancanegara. Harga barang hand made tersebut minimal berkisar Rp.200 ribu hingga puluhan juta rupiah.

          Kendala pemasaran yang dihadapi saat ini adalah sulitnya produk kerajinan dari kulit buaya ini keluar dari wilayah Papua akibat peraturan setempat yang berlaku.