Nama
Kabupaten Magetan di Jawa Timur memang sudah melengenda sebagai
salah satu sentra atau pusat kerajinan kulit yang ada di Pulau Jawa selain
Cibaduyut di Kota Bandung, Jawa Barat.
Beberapa produk kerajinan kulit dari Magetan, seperti: jaket, sepatu, sandal, sabuk (rim / ikat pinggang), dompet, serta berbagai model aksesoris, semuanya ada disini. Produk – produk terswebut tidak hanya menguasai pasaran dalam negeri saja, namun juga telah mampu menembus pasaran luar negeri.
Ketersediaan kulit sapi sangat mencukupi
di Magetan sebagai
bahan dasar kerajinan kulit, mengingat daerah tersebut merupakan
salah satu pusat penghasil daging sapi terbesar di Pulau Jawa. Sebut saja
Desa Janggan, di Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan yang merupakan
desa andalan pembudidayaan sapi.
Hampir seluruh
masyarakat di Desa Janggan ini beternak sapi disetiap rumah mereka. Sapi – sapi tersebut tidak digembalakan dipadang atau untuk membajak sawah, namun dikurung dalam kandang untuk tujuan penggemukan.
Ketersediaan makanan sapi sehari – hari mudah didapatkan oleh warga desa karena alam mereka yang berada diketinggian mendukung
penyediaan tumbuhan tebu berlimpah, serta suhu sejuk setempat yang sangat mendukung
pembudidayaan sapi potong.
Konon keterampilan yang dimiliki
masyarakat Magetan sebagai pengrajin kulit berawal dari hadirnya
para prajurit Pangeran Diponegoro pada tahun 1830, yang memang memiliki
keahlian membuat pelana kuda dari bahan kulit. Saat
berakhinya perang Diponegoro, prajurit setia ini memilih menetap
di Kabupaten Magetan.
Sejak saat itulah
masyarakat di Magetan mulai mengenal dan menekuni bidang ini yang seiring berjalannya waktu mereka mampu menghasilkan berbagai jenis kerajinan kulit lainnya.
Walaupun
kegiatan kerajinan kulit ini sempat terhenti saat
masa penjajahan Jepang, namun mampu bangkit lagi diera tahun 1950-an sampai saat ini. Bahkan
pihak Pemerintah Kabupaten Magetan bersama Pemerintah Propinsi Jawa Timur, dan Pemerintah Pusat, yang bekerjasama dengan
Balai Penelitian Kulit (BPK) Yogyakarta dan mengikutsertakan
UNINDO (Perusahaan produsen alat listrik seperti travo), membangun sebuah
Mini Industrial Eastate (MIE) atau kawasan industri skala kecil di Magetan yang kemudian disebut
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Industri Kulit dan Produk Kulit Magetan, oleh masyarakat setempat mengenalnya sebagai
LIK (Lingkungan Industri Kulit).
Pemerintah Kabupaten Magetan juga terus menerus melakukan pembinaan berupa pelatihan, dengan tujuan
meningkatkan kualitas serta daya saing dari hasil
produksi kerajinan kulit yang juga setiap tahunnya
mengikuti trend mode.
Disamping itu pemerintah ikut membantu dalam penyediaan fasilitas mesin yang dibutuhkan
para pengrajin kulit, didukung dengan
kemudahan memperoleh pinjaman modal usaha melalui
lembaga keuangan setempat. Pertumbuhan jumlah
pengrajin kulit di Magetan selama ini telah mencapai ratusan pengrajin yang tersebar diberbagai Kecamatan, dan telah menyerap tenaga kerja hingga ribuan orang.
Pusat atau sentra pemasaran produk kerajinan kulit di Magetan berlokasi di Jalan Sawo dan Jalan Diponegoro. Diarea yang tertata rapi ini ramai berdiri bangunan art shop yang
menjual semua jenis produk kerajinan kulit. Lokasi ini sangat strategis karena berada tepat pada jalur utama menuju
tempat wisata Telaga Sarangan. Sentra yang letaknya sekitar 1 Km dari
alun – alun Kabupaten Magetan menujun arah barat.